Lubang hitam, obyek yang satu ini memang menarik. Kemisteriusannya menjadi daya tarik tersendiri yang mengundang keingintahuan. Dan untuk pertama kalinya pula-lah, para astronom berhasil menemukan sepasang lubang hitam supermasif di galaksi spiral yang mirip Bima Sakti.
Ada yang menarik. Pasangan lubang hitam yang berada di galaksi spiral tersebut hanya berada pada jarak 160 juta tahun cahaya dari Bumi dan menjadikan pasangan tersebut sebagai pasangan terdekat yang diketahui memiliki fenomena sepasang lubang hitam supermasif di galaksi.
Pasangan Lubang Hitam
Citra galaksi spiral dengan sepasang lubang hitam. Kredit : X-ray: NASA/CXC/SAO/G. Fabbiano et al; Optik: NASA/STScI
Lubang hitam yang diamati oleh mata teleskop landas angkasa Chandra X-ray berada di pusat galaksi spiral NGC 3393. Keduanya terpisah oleh jarak 490 tahun cahaya dan lubang hitam tersebut tampaknya merupakan sisa dari hasil penggabungan dua galaksi dengan massa berbeda sekitar satu milyar atau lebih tahun yang lalu.
Seandainya galaksi NGC 3393 tidak berada begitu dekat, maka para astronom tidak akan memiliki kesempatan untuk melihat dan memisahkan kedua lubang hitam yang ada di pusatnya. Tim yang dipimpin Pepi Fabbiano dari Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics (CfA), Cambridge yang berhasil melihat sepasang galaksi tersebut memperkirakan masih ada pasangan lubang hitam lainnya yang belum ditemukan oleh para astronom.
Pada awalnya, data pengamatan sinar-X dan panjang gelombang lainnya mengindikasi keberadaan lubang hitam supermasif tunggal berada di pusat NGC 3393. Akan tetapi setelah dilakukan pengamatan dengan Chandra dalam rentang waktu lebih panjang, ternyata data yang diberikan justru menunjukkan keberadaan dua lubang hitam yang terpisah. Kedua lubang hitam ini pun masih aktif bertumbuh dan memancarkan sinar-X karena gas “terhisap” oleh lubang hitam tersebut dan menjadikan lubang hitam semakin panas.
Merger Galaksi
Ketika dua galaksi dengan ukuran yang sama bersatu, terbentuk sepasang lubang hitam dan sebuah galaksi yang penampakannya kacau dan memiliki pembentukan bintang yang intens dengan kata lain terdapat banyak bintang muda. Contoh yang cukup dikenal adalah pasangan lubang hitam supermasif di NGC 6240 yang terletak 330 tahun cahaya dari Bumi.
Kasus NGC 3393 berbeda dari yang diduga astronom. Ia adalah spiral galaksi yang teratur dan area bulge (tonjolannya) didominasi oleh bintang-bintang tua. Unil dan tidak biasa bagi galaksi yang memiliki sepasang lubang hitam. Tampaknya NGC 3393 menjadi contoh pertama dari penggabungan galaksi besar dan galaksi yang jauh lebih kecil atau disebut “merger minor” yang kemudian menghasilkan terbentuknya sepasang lubang hitam supermasif.
Menurut teori, penggabungan minor merupakan cara paling umum bagi terbentuknya pasangan lubang hitam namun kandidat yang baik sulit ditemukan karena penggabungan galaksi yang dicari itu diharapkan memiliki kekhasan tersendiri.
Penggabungan dua galaksi pada NGC 3393 tidak meninggalkan jejak dari tabrakan yang terjadi sebelumnya selain keberadaan kedua lubang hitam tersebut. Jika ada ketidakcocokan ukuran dari kedua galaksi yang bergabung maka tidak mengherankan jika setelah bergabung galaksi yang lebih besar bisa melaluinya tanpa cedera.
Jika penggabungan kedua galaksi tersebut merupakan penggabungan minor, lubang hitam dari galaksi yang lebih kecil harusnya memiliki massa yang lebih kecil dibanding pasangannya sebelum galaksi keduanya mulai bertabrakan. Sayangnya, data massa kedua lubang hitam belum tersedia untuk menguji ide tersebut meskipun hasil pengamatan menunjukkan kalau kedua lubang hitam jauh lebih masif dari 1 juta matahari. Dan dengan asumsi kalau ini adalah penggabungan minor, maka kedua lubang hitam itu seharusnya sudah bergabung selama milyaran tahun.
Kedua lubang hitam tersebut juga tidak mudah diamati karena terhalang oleh gas dan debu yang tebal sehingga tidak terlihat dalam cahaya optik. Pengamatan dengan mata inframerah leih memungkinkan karena sinar-X lebih kuat untuk menembus materi penghalang tersebut. Spektrum yang dihasilkan Chandra X-ray sangat jelas menunjukkan keberadaan kedua lubang hitam tersebut.
Pasangan Lain di Galaksi Berbeda
Penemuan NGC 3393 memiliki kemiripan dengan “kemungkinan” pasangan luang hitam supermasif yang ditemukan oleh tim Julia Comerford dari University of Texas di Austin dengan menggunakan data Chandra. Sumber sinar-X yang berasal dari lubang hitam supermasif dalam sebuah galaksi yang berada 2 milyar tahun dari Bumi dan kedua lubang hitam tersebut terpisah sejauh 6500 tahun cahaya.
Seperti halnya di NGC 3393, galaksi tuan rumah tidak menunjukkan tanda-tanda gangguan atau jumlah ekstrim dari pembentukan bintang. Namun, tidak ada struktur atau tanda khusus yang tampak di galaksi tersebut. Juga salah satu sumber bisa dijelaskan oleh jet atau letusan tiba-tiba yang sangat kuat sehingga menyiratkan kalau hanya ada satu lubang hitam supermasif di galaksi itu.
Tabrakan dan penggabungan antar galaksi merupakan salah satu jalan bagi galaksi dan lubang hitam untuk tumbuh dan bagi para astronom, menemukan sepasang lubang hitam di galaksi spiral menjadi petunjuk penting bagi perjalanan manusia untuk mengetahui bagaimana semua itu terjadi.
3 Sep 2011
PERMUKAAN TITAN TAMPAK SEPERTI BUMI
Titan, bulan Saturnus yang berkabut ini ternyata memiliki banyak kesamaan dengan Bumi terutama dalam hal cuaca dan kondisi geologi yang membentuk tanahnya. Hal ini diungkap dalam presentasi pada XXVIII General Assembly of International Astronomical Union (IAU), di Rio de Janeiro, Brazil. Angin, hujan, gunung api, tektonik dan beragai proses lainnya yang ada di Bumi juga tampak pada permukaan Titan yang beragam dan kompleks.
Mosaik pemetaan permukaan Titan. Kredit : NASA/JPL
Permukaan Titan ternyata memiliki kemiripan yang sangat dekat dengan Bumi, melebihi benda lainnya yang ada di tata Surya, meskipun ada perbedaan besar pada temperatur dan kondisi lingkungan lainnya.
Misi bersama NASA/ESA/ASI, Cassini-Huygens berhasil mengungkap detil geologi permukaan Titan yang masih muda. Di sana tampak beberapa kawah akibat tumbukan, rantai pegunungan, bukit pasir dan juga “danau”. Instrumen RADAR di orbiter Cassini juga berhasil menembus atmosfer Titan yang tebal dan berkabut, sehingga akan lebih banyak lagi misteri berbagai area di Titan yang dapat diungkap.
Titan memang sudah sejak lama menarik perhatian para peneliti karena ia adalah satu-satunya satelit yang diketahui memiliki atmosfer tebal sekaligus satu-satunya benda langit yang memiliki genangan cairan di permukaan. Danau yang juga ada di daerah kutub utara dan tampak menyebar di kutub selatan ini diperkirakan merupakan cairan hidrokarbon seperti metana dan etana.
Dengan kondisi suhu rata-rata di permukaan Titan yang rendah, yakni 180 derajat Celcius, air akan sangat sulit bertahan di Titan kecuali sebagai es yang sekeras batu karang. Di titan, metana menggantikan peran air dalam siklus hidrologi penguapan dan pengendapan (hujan dan salju) dan akan tampak dalam bentuk gas, cairan maupun benda padat. Hujan metana memotong kanal yang ada dan membentuk danau di permukaan sehingga mengakibatkan terjadinya erosi dan menghilangkan kawah tumbukan meteor. Penelitian lain yang juga disampaikan dalam IAU GA mengacu pada aktvitas vulkanik di Titan saat ini. Namun bukannya melontarkan magma panas, “cryovolcanoes” (es vulkanik) ini juga melontarkan suspensi dingin dari air es dan amonia. Kondisi ini dideteksi oleh instrumen Visual and Infrared Mapping Spectrometer (VIMS) pada Cassini. VIMS sebelumnya telah mendeteksi area yang disebut Hotel Regio, dan ditemukan juga keberadaan amonia beku yang terselubung. Meskipun amonia tidak terekspos namun pemodelan bisa membuktikan kalau amonia memang ada di bagian dalam Titan, dan mengindikasikan kalau prosesnya memang bekerja untuk menghantarkan amonia ke permukaan. Selain itu RADAR juga menemukan struktur yang mirip dengan gunung api di kebumian di dekat area endapan amonia. Dalam IAU GA ini, citra inframerah terbaru dari area endapan akan diungkapkan juga. Citra ini memiliki resolusi 10 kali lebih tinggi dari pemetaan saat ini. Citra tersebut akan menunjukkan cryovolcanism telah menyimpan amonia ke permukaan Titan. Tak bisa dipungkiri kalau amonia bersama metana dan nitrogen merupakan komponen peting pada atmosfer Titan dan memiliki kesamaan dengan kondisi linkungan di Bumi saat kehidupan pertma kali muncul. Pertanyaan menari yang muncul, apakah proses kimiawi di Titan ini mendukung kimia prebiotik di awal evolusi kehidupan di Bumi? Kondisi kebumian lainnya yang juga terungkap adalah bukit pasir yang terbentuk dari angin dingin serta rantai pegunungan. Rantai pegunungan ini tampatknya terbentuk secara tektonik saat kerak Titan dimampatkan dan menjadi beku. Di Bumi, kerak Bumi terus bergerak dan menghasilkan gempa bumi meretakkan bukit-bukit di planet ini. Para peneliti Titan berharap mereka akan dapat mengamati titan lebih lama lagi dengan Cassini agar dapat melihat perubahan musim disana. Citra lainnya juga menunjukkan danau yang hampir kering di area kutub selatan, sehingga diperkirakan hidrokarbon di daerah itu tengah mengalami penguapan akibat musim panas. Jika musim berubaha dalam beberapa tahun dan musim panas kembali ke area utara, danau di area tersebut diperkirakan akan mengalami penguapan dan pada akhirnya akan ada genangan di selatan.
Dengan kondisi suhu rata-rata di permukaan Titan yang rendah, yakni 180 derajat Celcius, air akan sangat sulit bertahan di Titan kecuali sebagai es yang sekeras batu karang. Di titan, metana menggantikan peran air dalam siklus hidrologi penguapan dan pengendapan (hujan dan salju) dan akan tampak dalam bentuk gas, cairan maupun benda padat. Hujan metana memotong kanal yang ada dan membentuk danau di permukaan sehingga mengakibatkan terjadinya erosi dan menghilangkan kawah tumbukan meteor. Penelitian lain yang juga disampaikan dalam IAU GA mengacu pada aktvitas vulkanik di Titan saat ini. Namun bukannya melontarkan magma panas, “cryovolcanoes” (es vulkanik) ini juga melontarkan suspensi dingin dari air es dan amonia. Kondisi ini dideteksi oleh instrumen Visual and Infrared Mapping Spectrometer (VIMS) pada Cassini. VIMS sebelumnya telah mendeteksi area yang disebut Hotel Regio, dan ditemukan juga keberadaan amonia beku yang terselubung. Meskipun amonia tidak terekspos namun pemodelan bisa membuktikan kalau amonia memang ada di bagian dalam Titan, dan mengindikasikan kalau prosesnya memang bekerja untuk menghantarkan amonia ke permukaan. Selain itu RADAR juga menemukan struktur yang mirip dengan gunung api di kebumian di dekat area endapan amonia. Dalam IAU GA ini, citra inframerah terbaru dari area endapan akan diungkapkan juga. Citra ini memiliki resolusi 10 kali lebih tinggi dari pemetaan saat ini. Citra tersebut akan menunjukkan cryovolcanism telah menyimpan amonia ke permukaan Titan. Tak bisa dipungkiri kalau amonia bersama metana dan nitrogen merupakan komponen peting pada atmosfer Titan dan memiliki kesamaan dengan kondisi linkungan di Bumi saat kehidupan pertma kali muncul. Pertanyaan menari yang muncul, apakah proses kimiawi di Titan ini mendukung kimia prebiotik di awal evolusi kehidupan di Bumi? Kondisi kebumian lainnya yang juga terungkap adalah bukit pasir yang terbentuk dari angin dingin serta rantai pegunungan. Rantai pegunungan ini tampatknya terbentuk secara tektonik saat kerak Titan dimampatkan dan menjadi beku. Di Bumi, kerak Bumi terus bergerak dan menghasilkan gempa bumi meretakkan bukit-bukit di planet ini. Para peneliti Titan berharap mereka akan dapat mengamati titan lebih lama lagi dengan Cassini agar dapat melihat perubahan musim disana. Citra lainnya juga menunjukkan danau yang hampir kering di area kutub selatan, sehingga diperkirakan hidrokarbon di daerah itu tengah mengalami penguapan akibat musim panas. Jika musim berubaha dalam beberapa tahun dan musim panas kembali ke area utara, danau di area tersebut diperkirakan akan mengalami penguapan dan pada akhirnya akan ada genangan di selatan.
2 Sep 2011
MASA TENANG SEBELUM BADAI DI SATURNUS
Saturnus adalah salah satu planet terindah di Tata Surya karena memiliki cincin yang cantik yang mengelilingi dirinya. Planet cincin nan cantik ini berada jauh dari Matahari kalau dibanding dengan jarak Bumi ke Matahari. Karena itu, Saturnus membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa mengelilingi Matahari.
Saturnus. kredit : ESO/University of Oxford/L. N. Fletcher/T. Barry Tahun adalah waktu yang dibutuhkan sebuah planet untuk mengelilingi Matahari sebanyak satu kali. Tapi lamanya satu tahun di tiap planet berbeda karena tiap planet membutuhkan waktu yang berbeda untuk mengelilingi Matahari. Satu tahun di Saturnus jauh lebih lama dibanding satu tahun di Bumi. Ketika Saturnus menyelesaikan satu putarannya pada Matahari, maka itu sama dengan 30 tahun di Bumi. Astronom juga mengetahui kalau setahun sekali dalam 1 tahun Saturnus – atau 30 tahun sekali berdasarkan waktu Bumi, badai besar terjadi di atmosfer Saturnus yang biasanya tenang. Astronom Leigh Fletcher dari Universitas Oxford, Inggris, adalah salah satu astronom yang mempelajari badai di Saturnus semenjak pertama kali terlihat bulan Desember lalu. Badai tersebut merupakan satu dari enam badai di Saturnus yang sudah diamati oleh pengamat dari Bumi. Tapi apa yang membuat badai ini spesial? Ini tentunya karena badai yang terjadi bulan Desember lalu bisa dilihat dari dekat oleh mata-mata kita di Saturnus. Nama mata-mata itu adalah wahana ruang angkasa Cassini yang sedang meneliti Saturnus dari dekat, dan pada saat badai terjadi ia berada di tempat yang pas untuk melihat fenomena langka itu. Cassini kemudian memotret dan mengirimkan foto-fotonya ke Bumi untuk dipelajari oleh para astrnonom. Selain dilihat oleh Cassini, badai di Saturnus itu juga diamati dengan teleskop di Bumi yakni Very Large Telescope. Astronom Leigh Fletcher berkata, “badai tersebut menciptakan letusan awan terang raksasa yang dasyat dan kompleks”. Tak hanya itu, badai juga menyebabkan sebagian area pada awan Saturnus menjadi lebih panas dari keadaan biasanya. Dan ini sesuatu yang belum pernah dilihat astronom sebelumnya. Fakta penting : Saturnus adalah planet kedua terbesar di Tata Surya, tapi Saturnus juga sangat ringan sehingga bisa mengambang di air jika kita bisa menemukan sebuah kolam air besar yang bisa menampung planet ini.
Saturnus. kredit : ESO/University of Oxford/L. N. Fletcher/T. Barry Tahun adalah waktu yang dibutuhkan sebuah planet untuk mengelilingi Matahari sebanyak satu kali. Tapi lamanya satu tahun di tiap planet berbeda karena tiap planet membutuhkan waktu yang berbeda untuk mengelilingi Matahari. Satu tahun di Saturnus jauh lebih lama dibanding satu tahun di Bumi. Ketika Saturnus menyelesaikan satu putarannya pada Matahari, maka itu sama dengan 30 tahun di Bumi. Astronom juga mengetahui kalau setahun sekali dalam 1 tahun Saturnus – atau 30 tahun sekali berdasarkan waktu Bumi, badai besar terjadi di atmosfer Saturnus yang biasanya tenang. Astronom Leigh Fletcher dari Universitas Oxford, Inggris, adalah salah satu astronom yang mempelajari badai di Saturnus semenjak pertama kali terlihat bulan Desember lalu. Badai tersebut merupakan satu dari enam badai di Saturnus yang sudah diamati oleh pengamat dari Bumi. Tapi apa yang membuat badai ini spesial? Ini tentunya karena badai yang terjadi bulan Desember lalu bisa dilihat dari dekat oleh mata-mata kita di Saturnus. Nama mata-mata itu adalah wahana ruang angkasa Cassini yang sedang meneliti Saturnus dari dekat, dan pada saat badai terjadi ia berada di tempat yang pas untuk melihat fenomena langka itu. Cassini kemudian memotret dan mengirimkan foto-fotonya ke Bumi untuk dipelajari oleh para astrnonom. Selain dilihat oleh Cassini, badai di Saturnus itu juga diamati dengan teleskop di Bumi yakni Very Large Telescope. Astronom Leigh Fletcher berkata, “badai tersebut menciptakan letusan awan terang raksasa yang dasyat dan kompleks”. Tak hanya itu, badai juga menyebabkan sebagian area pada awan Saturnus menjadi lebih panas dari keadaan biasanya. Dan ini sesuatu yang belum pernah dilihat astronom sebelumnya. Fakta penting : Saturnus adalah planet kedua terbesar di Tata Surya, tapi Saturnus juga sangat ringan sehingga bisa mengambang di air jika kita bisa menemukan sebuah kolam air besar yang bisa menampung planet ini.
20 TAHUN PERJALANAN TELESKOP HUBBLE
Siapa yang tak tahu Teleskop Hubble? Jendela manusia untuk memandang alam semesta yang tak terhalangi atmosfer. Keberadaan teleskop Hubble dimulai dari sebuah mimpi untuk menempatkan teleskop di ruang angkasa. Harapannya, pengamatan dari teleskop yang ada di ruang angkasa akan dapat menyelesaikan permasalahan atmosfer yang ada jika pengamatan dari Bumi. Dan pastinya pandangan mata Hubble akan jauh lebih bersih. Namun proyek penuh impian ini pernah dianggap proyek yang tidak realistis bahkan konyol.
Teleskop Hubble, sebuah instrumen yang bahkan pernah ditolak oleh sebagian komunitas astronomi. Namun waktu telah merubah segalanya. Kontribusi Hubble tak pelak jadi salah satu tumpuan para astronom. Kontribusi yang luar biasa dalam mengungkap sisi – sisi alam semesta yang tak terjangkau dari Bumi. 20 tahun bukan waktu yang singkat bagi Hubble untuk bekerja, namun 20 tahun itu pulalah manusia mendapat kesempatan menikmati betapa megahnya alam semesta dari mata yang ada di ruang angkasa.
Teleskop Hubble yang mengorbit Bumi. Diambil pada tahun 2009 saat perbaikan terakhir Hubble. Kredit : hubblesite.org Hubble, dinamai berdasarkan mana astronom Edwin Hubble dan telah mengorbit Bumi selama 20 tahun. Sepanjang waktu itu, Hubbl telah mengirimkan berbagai jenis foto pada berbagai panjang gelombang mulai dari cahaya tampak, dekat-inframerah maupun dari cahaya ultraungu. Selama 20 tahun ini pulalah, teleskop Hubble berhasil membuktikan keberadaan materi gelap, membawa manusia mengenal kehidupan dan kematian supernova dan mengabadikan imajinasi manusia akan alam semesta dalam berbagai foto yang sangat indah. Dan selama 20 tahun tersebut Teleskop Hubble harus menghadapi pasang surut ancaman pada dirinya dan berhasil selamat. Sejarah Hubble dimulai dari tahun 1962 saat National Academies of Science merekomendasikan pembangunan teleskop di ruang angkasa. Walau demikian, jauh sebelum itu astrofisikawan Lyman Spitzer telah mengajukan ide tersebut pada era 1940-an. Tahun 1970, NASA mulai menyelidiki kemungkinan dibangunnya instrumen tersebut. Studi kasus, dengar pendapat dan pembuatan desain pun dimulai. Selama lebih dari 12 tahun para penggagas Teleskop landas angkasa ini bergerilya mencari kucuran dana dari para pendana NASA. Respon yang didapat, jauh lebih baik membangun 20 teleskop landas Bumi daripada membangun teleksop ruang angkasa yang hanya akan menimbulkan masalah dan hanya impian para penggemar fiksi sains. Tak ada yang mau berpikir tentang keuntungan sebuah teleskop landas angkasa yang bisa memecahkan masalah atmosfer. Setelah melalui perjalanan panjang, dana berhasil didapatkan. The Independent Space telescope Science Institute dibentuk di Baltimore tahun 1983 untuk menjalankan operasi penelitian ilmiahnya sekaligus untuk mendapatkan data bagi para peneliti. Walau sempat tertunda akibat kecelakaan pesawat Challenger di tahun 1986, akhirnya Teleskop Hubble pun diluncurkan dengan pesawat ulang alik Discovery pada tanggal 24 April 1990, dan memulai tugasnya dari posisi 575 km di atas Bumi. Cahaya Pertama Citra untuk peringatan 20 tahun teleskop Hubble. Gunung debu dan gas yang muncul di Nebula Carina. Kredit : hubblesite.org Berhasil diluncurkan tak berarti Teleskop Baru ini langsung sukses. Masalah baru pun muncul pada cermin yang bentuknya tidak pas dengan sisi tepiannya sehingga citra pertama Hubble terlihat kabur. Walaupun citra tersebut masih jauh lebih baik dari hasil pemotretan landas Bumi, namun kaburnya citra menyebabkan hanya 20% citra di bagian tengah yang terfokus. Algoritma pun dibuat untuk memecahkan masalah tersebut, namun masalah lain pun muncul dari angin matahari saat teleskop Hubble mengorbit dari sisi terang ke sisi gelap dalam setiap orbitnya. Akibatnya, media pun cepat bereaksi dengan menyatakan kalau instrumen tersebut hanyalah “techno-tukey”. Pertolongan pun diberikan. Teleskop ini didesain akan mendapatkan perbaikan dan pengecekan secara berkala dan tidak ada batasan sampai masa dimana Hubble tak lagi bisa bekerja. Setelah misi perbaikan pertama di bulan Desember 1993, optik Hubble pun mengalami peningkatan dan citra yang dihasilkan semakin tajam dan fokus. Sejak saat itu, Hubble telah mengalami 4 kali perbaikan yang dilakukan oleh astronot yang diantar oleh pesawat ulang alik. Teleskop Hubble yang ada saat ini bukan lagi teleskop yang dulu diluncurkan. Saat ini teleskop Hubble sudah jauh lebih hebat dari yang diluncurkan tahun 1990. Setidaknya 60 kali lebih baik. Antara tahun 2003 dan 2006, Teleskop Hubble sempat mengalami masa ketidakpastian akan masa depannya. Misi perbaikan terakhir di tahun 2004 dibatalkan oleh administrator NASA, Sean O’Keefe. Misi kembali dijalankan ke Hubble saat penerus O’Keefe, Mike Griffin menggantikannya pada tahun 2006. Dan servis pun dilakukan pada bulan Mei 2009. Hubble pun Menuju Supernova Disamping semua kisah tentang nasib Teleskop Hubble, hasil saintifik yang diberikan HUbble tak bisa diabaikan begitu saja. Teleskop Hubble justru membawa kesuksesan besar dalam dunia astronomi untuk menguak sisi alam semesta dan berbagai proses yang ada di dalamnya. Bisa dikatakan teleskop Hubble merupakan teleskop terpenting lainnya dalam sejarah setelah teleskop pertama Galileo 400 tahun lalu. Kemampuan Teleskop Hubble untuk memandang jauh ke masa lalu sejarah alam semesta dan melihat evolusinya merupakan pengetahuan yang sangat mendasar yang diberikan Hubble bagi sejarah manusia. Teleskop Hubble jugalah yang menunjukkan untuk pertama kalinya wajah alam semesta yang berbeda dari alam semesta dekat (di sekitar kita yang telrihat dari Bumi) yang kita kenal selama ini. Dalam perjalanan karirnya, Hubble berhasil memberi bukti alam semesta berkembang diprcepat yang mengubah paradigma berpikir para ilmuwan bahwa alam semesta mengembang perlahan. Bukti ini datang dari pengamatan supernova, ledakan akhir dari bintang besar yang akan mengakhiri hidupnya. Cahaya dari supernova tersebut dideteksi Hubble datang dari jarak yang sangat jauh yag tak pernah diprediksi sebelumnya. Dan inilah yang menjadi bukti adanya percepatan dalam pengembangan alam semesta. Bahkan penemuan ini menjadi penemuan besar dalam fisika semenjak fisika kuantum dan relativitas umum. Informasi yang datang dari Teleskop Hubble ini juga yang membuat para astronom kembali berpikir mengenai sifat energi kelam dengan melihat supernova. Di tahun 2006, Hubble kembali membuktikan keberadaan materi gelap dan Teleskop landas angkasa ini juga digunakan untuk menunjukan adanya hubungan antara ukuran lubang hitam dan ukuran galaksi yang menjadi lokasi si lubang hitam tersebut. Bintang Yang Hampir Mati Teleskop Hubble juga digunakan dalam proyek yang ditujukan untuk melihat dari dekat bintang-bintang di lingkungan kita seperti halnya di rasi Orion. Yang diamati adalah nebula Orion dan area pembentukan planet di sekeliling bintang muda. Bahkan Hubble berhasil memotret piringan protoplanet di sekitar bintang muda tersebut. Citra yang diambil dengan resolusi yang luar biasa yang tak akan bisa dihasilkan oleh teleskop landas Bumi. Tim peneliti yang terlibat dalam proyek tersebut mencari letupan -letupan yang terjadi secara tiba-tiba (jet) sebagai akibat erupsi yang terjadi di bintang dan bagaimana interaksinya dengan materi di lingkungan nebula. Satu hal pasti .. sepanjang 20 tahun ini, Hubble telah mengambil berbagai foto obyek langit yang sangat mengagumkan. Dan bersama teleskop landas angkasa lainnya seperti Chandra X-ray observatory dan the Spitzer space telescope yang bekerja pada panjang gelombang infra merah, mereka saling melengkapi dan menghasilkan fot dengan efek dan warna yang luar biasa indah. Tahun ini, saat Hubble merayakan 20 tahun masa kerjanya, masa depannya pun sudah ditentukan sampai dengan akhir April 2013. Atau dengan kata lain Teleskop Hubble masih akan beroperasi setidaknya 3 tahun lagi. Namun setelah itu, tidak akan ada lagi misi untuk melakukan servis dan secara berkala batere, panel matahari dan mesin pointing telskop akan mulai melemah dan gagal bekerja. Pekerjaan Hubble akan diteruskan oleh James Webb Space Telescope yang akan diluncurkan pada tahun 2014. Sampai dengan 2013, Teleskop Hubble dan seluruh instrumennya (the Advanced Camera for Surveys, Cosmic Origins Spectrograph, Fine Guidance Sensors, Near Infrared Camera and Multi Object Spectrometer, Space Telescope Imaging Spectrograph dan Wide Field Camera) akan tetap berada dalam kondisi yang baik. Diyakini seluruh instrumen tersebut masih akan bekerja dengan baik setidaknya 5 tahun lagi. Dan ketika nasib Teleskop Hubble akan mendekati masa akhir tugasnya, ia masih akan tetap menggunakan sisa masa kerjanya dengan kemampuan maksimal memberikan informasi yang mengungkap misteri alam semesta dalam citra indah yang ia rekam. Perjalanan 20 tahun Teleskop Hubble mungkin terasa singkat bagi sebagian orang tapi waktu ini demikian berharga karena berhasil membawa perubahan dan pembaharuan dalam perjalanan pengenalan alam semesta. Sumber : Nature
Teleskop Hubble yang mengorbit Bumi. Diambil pada tahun 2009 saat perbaikan terakhir Hubble. Kredit : hubblesite.org Hubble, dinamai berdasarkan mana astronom Edwin Hubble dan telah mengorbit Bumi selama 20 tahun. Sepanjang waktu itu, Hubbl telah mengirimkan berbagai jenis foto pada berbagai panjang gelombang mulai dari cahaya tampak, dekat-inframerah maupun dari cahaya ultraungu. Selama 20 tahun ini pulalah, teleskop Hubble berhasil membuktikan keberadaan materi gelap, membawa manusia mengenal kehidupan dan kematian supernova dan mengabadikan imajinasi manusia akan alam semesta dalam berbagai foto yang sangat indah. Dan selama 20 tahun tersebut Teleskop Hubble harus menghadapi pasang surut ancaman pada dirinya dan berhasil selamat. Sejarah Hubble dimulai dari tahun 1962 saat National Academies of Science merekomendasikan pembangunan teleskop di ruang angkasa. Walau demikian, jauh sebelum itu astrofisikawan Lyman Spitzer telah mengajukan ide tersebut pada era 1940-an. Tahun 1970, NASA mulai menyelidiki kemungkinan dibangunnya instrumen tersebut. Studi kasus, dengar pendapat dan pembuatan desain pun dimulai. Selama lebih dari 12 tahun para penggagas Teleskop landas angkasa ini bergerilya mencari kucuran dana dari para pendana NASA. Respon yang didapat, jauh lebih baik membangun 20 teleskop landas Bumi daripada membangun teleksop ruang angkasa yang hanya akan menimbulkan masalah dan hanya impian para penggemar fiksi sains. Tak ada yang mau berpikir tentang keuntungan sebuah teleskop landas angkasa yang bisa memecahkan masalah atmosfer. Setelah melalui perjalanan panjang, dana berhasil didapatkan. The Independent Space telescope Science Institute dibentuk di Baltimore tahun 1983 untuk menjalankan operasi penelitian ilmiahnya sekaligus untuk mendapatkan data bagi para peneliti. Walau sempat tertunda akibat kecelakaan pesawat Challenger di tahun 1986, akhirnya Teleskop Hubble pun diluncurkan dengan pesawat ulang alik Discovery pada tanggal 24 April 1990, dan memulai tugasnya dari posisi 575 km di atas Bumi. Cahaya Pertama Citra untuk peringatan 20 tahun teleskop Hubble. Gunung debu dan gas yang muncul di Nebula Carina. Kredit : hubblesite.org Berhasil diluncurkan tak berarti Teleskop Baru ini langsung sukses. Masalah baru pun muncul pada cermin yang bentuknya tidak pas dengan sisi tepiannya sehingga citra pertama Hubble terlihat kabur. Walaupun citra tersebut masih jauh lebih baik dari hasil pemotretan landas Bumi, namun kaburnya citra menyebabkan hanya 20% citra di bagian tengah yang terfokus. Algoritma pun dibuat untuk memecahkan masalah tersebut, namun masalah lain pun muncul dari angin matahari saat teleskop Hubble mengorbit dari sisi terang ke sisi gelap dalam setiap orbitnya. Akibatnya, media pun cepat bereaksi dengan menyatakan kalau instrumen tersebut hanyalah “techno-tukey”. Pertolongan pun diberikan. Teleskop ini didesain akan mendapatkan perbaikan dan pengecekan secara berkala dan tidak ada batasan sampai masa dimana Hubble tak lagi bisa bekerja. Setelah misi perbaikan pertama di bulan Desember 1993, optik Hubble pun mengalami peningkatan dan citra yang dihasilkan semakin tajam dan fokus. Sejak saat itu, Hubble telah mengalami 4 kali perbaikan yang dilakukan oleh astronot yang diantar oleh pesawat ulang alik. Teleskop Hubble yang ada saat ini bukan lagi teleskop yang dulu diluncurkan. Saat ini teleskop Hubble sudah jauh lebih hebat dari yang diluncurkan tahun 1990. Setidaknya 60 kali lebih baik. Antara tahun 2003 dan 2006, Teleskop Hubble sempat mengalami masa ketidakpastian akan masa depannya. Misi perbaikan terakhir di tahun 2004 dibatalkan oleh administrator NASA, Sean O’Keefe. Misi kembali dijalankan ke Hubble saat penerus O’Keefe, Mike Griffin menggantikannya pada tahun 2006. Dan servis pun dilakukan pada bulan Mei 2009. Hubble pun Menuju Supernova Disamping semua kisah tentang nasib Teleskop Hubble, hasil saintifik yang diberikan HUbble tak bisa diabaikan begitu saja. Teleskop Hubble justru membawa kesuksesan besar dalam dunia astronomi untuk menguak sisi alam semesta dan berbagai proses yang ada di dalamnya. Bisa dikatakan teleskop Hubble merupakan teleskop terpenting lainnya dalam sejarah setelah teleskop pertama Galileo 400 tahun lalu. Kemampuan Teleskop Hubble untuk memandang jauh ke masa lalu sejarah alam semesta dan melihat evolusinya merupakan pengetahuan yang sangat mendasar yang diberikan Hubble bagi sejarah manusia. Teleskop Hubble jugalah yang menunjukkan untuk pertama kalinya wajah alam semesta yang berbeda dari alam semesta dekat (di sekitar kita yang telrihat dari Bumi) yang kita kenal selama ini. Dalam perjalanan karirnya, Hubble berhasil memberi bukti alam semesta berkembang diprcepat yang mengubah paradigma berpikir para ilmuwan bahwa alam semesta mengembang perlahan. Bukti ini datang dari pengamatan supernova, ledakan akhir dari bintang besar yang akan mengakhiri hidupnya. Cahaya dari supernova tersebut dideteksi Hubble datang dari jarak yang sangat jauh yag tak pernah diprediksi sebelumnya. Dan inilah yang menjadi bukti adanya percepatan dalam pengembangan alam semesta. Bahkan penemuan ini menjadi penemuan besar dalam fisika semenjak fisika kuantum dan relativitas umum. Informasi yang datang dari Teleskop Hubble ini juga yang membuat para astronom kembali berpikir mengenai sifat energi kelam dengan melihat supernova. Di tahun 2006, Hubble kembali membuktikan keberadaan materi gelap dan Teleskop landas angkasa ini juga digunakan untuk menunjukan adanya hubungan antara ukuran lubang hitam dan ukuran galaksi yang menjadi lokasi si lubang hitam tersebut. Bintang Yang Hampir Mati Teleskop Hubble juga digunakan dalam proyek yang ditujukan untuk melihat dari dekat bintang-bintang di lingkungan kita seperti halnya di rasi Orion. Yang diamati adalah nebula Orion dan area pembentukan planet di sekeliling bintang muda. Bahkan Hubble berhasil memotret piringan protoplanet di sekitar bintang muda tersebut. Citra yang diambil dengan resolusi yang luar biasa yang tak akan bisa dihasilkan oleh teleskop landas Bumi. Tim peneliti yang terlibat dalam proyek tersebut mencari letupan -letupan yang terjadi secara tiba-tiba (jet) sebagai akibat erupsi yang terjadi di bintang dan bagaimana interaksinya dengan materi di lingkungan nebula. Satu hal pasti .. sepanjang 20 tahun ini, Hubble telah mengambil berbagai foto obyek langit yang sangat mengagumkan. Dan bersama teleskop landas angkasa lainnya seperti Chandra X-ray observatory dan the Spitzer space telescope yang bekerja pada panjang gelombang infra merah, mereka saling melengkapi dan menghasilkan fot dengan efek dan warna yang luar biasa indah. Tahun ini, saat Hubble merayakan 20 tahun masa kerjanya, masa depannya pun sudah ditentukan sampai dengan akhir April 2013. Atau dengan kata lain Teleskop Hubble masih akan beroperasi setidaknya 3 tahun lagi. Namun setelah itu, tidak akan ada lagi misi untuk melakukan servis dan secara berkala batere, panel matahari dan mesin pointing telskop akan mulai melemah dan gagal bekerja. Pekerjaan Hubble akan diteruskan oleh James Webb Space Telescope yang akan diluncurkan pada tahun 2014. Sampai dengan 2013, Teleskop Hubble dan seluruh instrumennya (the Advanced Camera for Surveys, Cosmic Origins Spectrograph, Fine Guidance Sensors, Near Infrared Camera and Multi Object Spectrometer, Space Telescope Imaging Spectrograph dan Wide Field Camera) akan tetap berada dalam kondisi yang baik. Diyakini seluruh instrumen tersebut masih akan bekerja dengan baik setidaknya 5 tahun lagi. Dan ketika nasib Teleskop Hubble akan mendekati masa akhir tugasnya, ia masih akan tetap menggunakan sisa masa kerjanya dengan kemampuan maksimal memberikan informasi yang mengungkap misteri alam semesta dalam citra indah yang ia rekam. Perjalanan 20 tahun Teleskop Hubble mungkin terasa singkat bagi sebagian orang tapi waktu ini demikian berharga karena berhasil membawa perubahan dan pembaharuan dalam perjalanan pengenalan alam semesta. Sumber : Nature
WISE, MATA INFRA MERAH YANG MEMANDANG SEMESTA
Tanggal 14 Desember 2009, misi WISE milik NASA diluncurkan dari Vandenberg Air Force Base, California dan dibawa oleh roket Delta II. WISE atau Wide-field Infrared Survey Explorer akan mulai melanglang angkasa dan memetakan seluruh angkasa dalam cahaya infra merah.
Peluncuran WISE. kredit : NASA
Roket Delta II akan menempatkan pesawat ruang angkasa yang dibawanya itu di orbit kutub pada ketinggian 525 km di atas Bumi. Saat diluncurkan, seluruh sistem bisa dinayatakan dalam keadaan baik dan teknisi akan mulai menerima sinyal dari wahana tersebut melalui NASA’s Tracking and Data Relay Satellite System 10 detik setelah wahana ruang angkasa ini terpisah dari roket.
Dalam waktu 3 menit kemudian, WISE akan melakukan orientasi ulang terhadap dirinya sendiri dengan panel matahari akan menghadap ke Matahari untuk mendapatkan tenaga. Selanjutnya, setelah 17 menit, katup cryostat – bilik es hidrogen super-dingin yang akan mendinginkan instrumen WISE- akan terbuka. Instrumen ini akan melihat panjang gelombang infra merah maka ia harus berada pada temperatur yang dingin. Detektornya harus berada pada suhu kurang dari minus 447 derajat Fahrenheit atau minus 226 derajat Celsius.
Pada dasarnya WISE harus lebih dingin dari obyek yang ia amati. WISE dalam tugasnya akan mengamati warna infra merah di seantero angkasa dengan sensitivitas dan resolusi yang jauh lebih baik dari survei angkasa infra merah yang dilakukan sebelumnya oleh Infrared Astronomical Satellite pada tahun 1983. Teleskop angkasa ini akan menghabiskan waktu 9 bulan untuk menyapu seluruh angkasa dan misi utamanya akan berakhir jika hidrogen beku di WISE habis yakni sekitar 10 bulan setelah peluncuran.
WISE atau Wide-field Infrared Survey Explorer, dalam tugasnya akan membuat sebuah atlas alam semesta dari obyek-obyek angkasa yang bersinar dalam cahaya infra merah, dimulai dari asteroid dekat Bumi, piringan debu yang sedang membentuk planet, sampai ke galaksi jauh. WISE dalam misinya akan mengungkap bermacam-macam obyek yang sampai saat ini masih tersembuni di balik kegelapan. Di antaranya, WISE akan dapat melihat bintang yang paling dingin, galaksi paling cerlang di alam semesta serta obyek-obyek asteroid dan komet dekat Bumi yang tersembunyi di balik kegelapan. Semua itu akan terlihat dengan mudah oleh misi WISE.
Saat ini, WISE akan bergabung dengan misi infra merah luar angkasa lainnya yakni Spitzer Space Telescope milik NASA dan Herschel Space Observatory, milik ESA. Misi WISE berbeda dari kedua teleskop landas angkasa lainnya. Ia bertugas untuk melakukan survei seluruh ruang angkasa dan di desain untuk membentuk jaringan yang akan mengungkap harta kosmik dan hal-hal aneh lainnya yang ada di uang angkasa.
Misi WISE dalam lukisan. Kredit : NASA
Perjalanan misi WISE akan dimulai dengan pencarian obyek-obyek dekat Bumi seperti asteroid dan komet yang mengorbit dekat Bumi dan berpotensi untuk melintas garis edar Bumi. Diharapkan, WISE dapat mengungkap ratusan obyek seperti itu dan juga mengungkap ratusan bahkan ribuan asteroid yang masih tersembunyi dalam kegelapan di area sabuk Asteroid. Tujuannya, astronom akan dapat memperkirakan distribusi ukuran dari populasi asteroid di Tata Surya dan sekaligus memperkirakan dengan lebih baik lagi pertemuan Bumi dengan asteroid yang berpotensi untuk menabrak Bumi. Hal lainnya, data yang didapat dari WISE akan dapat mengungkap komposisi asteroid dan obyek dekat Bumi lainnnya, apakah mereka selembut salju ataukah sekokoh karang, atau malah gabungan keduanya.
Target selanjutnya dari WISE adalah bintang redup yang dikenal sebagai bintang katai coklat. Obyek bola gas serupa Jupiter ini adalah bintang yang gagal mengumpulkan massa yang cukup untuk membangkitkan pembakaran di inti seperti halnya bintang. Obyek ini dingin dan redup sehingga hampir tak mungkin untuk melihatnya dalam cahaya tampak. WISE akan mengungkap ribuan obyek redup yang ada di angkasa dan jika seandainya ada bintang katai coklat yang mengintip tak jauh dari Matahari, atau lebih dekat dari Proxima Centauri, maka WISE akan dapat mengungkapnya. Dan seandainya obyek itu ada… maka tak akan bisa dipungkiri ia akan jadi bintang terdekat dari Bumi.
Target terjauh yang akan dilacak oleh WISE adalah galaksi energetik atau yang dikenal sebagai ultraluminous infrared galaxies (ULIRGs). Galaksi ini bersinar sangat terang dengan kekuatan trilyunan Matahari, namun tak terlihat dalam survey pada cahaya tampak. Disinilah tugas WISE untuk bisa menangkapnya dalam cahaya infra merah. Bahkan diharapkan ada jutaan ULIRGs atau galaksi yang lebih cerlang lagi yang bisa ditemukan.
Hal-hal lain yang juga akan menjadi target WISE adalah piringan debu tempat planet terbentuk di sekitar bintang muda, pemetaan struktur galaksi Bimasakti dengan lebih detil, gugus galaksi di alam semesta yang jauh dan lebih banyak lagi.
Atlas yang dibuat oleh WISE akan sangat membantu para astronom dalam menjawab berbagai pertanyaan fundamental tentang asal usul planet, bintang dan galaksi serta menjadi penyedia data bagi para astronom di masa kini dan di masa yang akan datang. Dan yang pasti atlas dari WISE akan sangat berguna bagi pelaksanaan misi di masa depan.
Sumber : NASA
DAN LUKISAN LANGIT PUN BERUBAH
Do you know, di kubah langit bintang tidak diam saja? Ini bukan soal terbit-tenggelam atau rasi apa dilihat pada bulan apa. Pernah membayangkan atau bertanya-tanya apakah neneknya neneknya neneknya … nenekmu melihat rasi Leo Sang Singa, misalnya, sama persis dengan apa yang kita lihat pada zaman sekarang?
Rasi Leo saat 100000 SM dan sekarang. Para astronom zaman dulu sudah bisa membedakan mana “bintang tetap” mana “bintang pengembara” (planet). Planet tampak oleh mereka bergerak di antara bintang-bintang dari rasi ke rasi. Seandainya malam ini kamu melihat planet Jupiter di sebelah Barat rasi Scorpio, beberapa malam kemudian dia akan berada di Timurnya. Bagaimana dengan bintang? Menurut catatan kuno dua abad yang lalu, bintang-bintang di rasi Scorpio juga membentuk “gambaran” kalajengking seperti yang kita lihat sekarang. Sebenarnya bintang juga bergerak. Namun, karena begitu jauh jaraknya dari kita, pergerakan itu hampir tak teramati. Setelah ratusan ribu tahun akibat pergerakannya itu baru kelihatan. Laju perubahan itulah yang disebut gerak diri (proper motion) bintang. Konsep yang lumayan rumit? OK, begini, bintang-bintang di Galaksi Bima Sakti ini rata-rata bergerak dengan kecepatan 10 km per detik atau 36.000 km per jam. Wow! Cepat sekali! Tapi, pertanyaannya adalah bisakah kita melihat gerakan ini dalam satu malam? Dengan kecepatan sebesar itu, dalam waktu satu jam bintang menempuh jarak 36.000 km. Andaikan bintang itu adalah Proxima Centauri, bintang yang terdekat dengan Matahari, yang berjarak 100 triliun kilometer. Jarak sudut bintang (pergeseran posisi bintang di langit) itu, katakanlah a, adalah sebesar 57,3 x (pergeseran sesungguhnya/jarak) = 57,3 (36.000 km / 100 triliun km). Seperseratus juta derajat atau sekitar sepersejuta detik busur! Sudut yang sangat kecil! Hanya dalam hitungan puluhan tahun perubahan itu baru akan teramati. Gerak proper bintang pada bidang langit Para astronom menyatakan laju perubahan sudut ini dalam satuan detik busur per tahun (“/tahun). Bintang Barnard adalah bintang yang memiliki gerak diri paling besar, yaitu 10,25 “/tahun (dalam waktu 180 tahun bintang ini bergeser selebar bentangan bulan purnama). Umumnya bintang-bintang mempunyai gerak sejati hanya 0,1 “/tahun. Setelah 20 atau 50 tahun perubahan posisinya baru teramati dan gerak dirinya bisa dihitung. Caranya? Dengan membandingkan dua foto daerah langit yang sama dengan pengambilan berselang waktu setidaknya selama 20 tahun. Itu pun baru pergeseran yang tampaknya tidak berarti kalau yang dibayangkan adalah perubahan bentuk suatu rasi. Seandainya dihitung untuk katakanlah misalnya sejuta tahun yang lalu atau sejuta tahun yang akan datang? Manusia tentunya tidak bisa menunggu selama itu. Dengan simulasi komputer, bentuk rasi, misalnya rasi Beruang Besar (Ursa Mayor), bisa dilihat mundur ke masa lalu, ke zaman ratusan, ribuan, ratusan ribu tahun yang lalu. Hasilnya memperlihatkan penampakan yang sama sekali berbeda. Dia tak lagi layak mendapatkan nama Beruang Besar. Pada waktu itu bentuknya mirip lembing. Seandainya kita punya mesin waktu yang melemparkan kita ke zaman antah berantah, lalu kita melihat rasi yang seperti itu, kita bisa memperkirakan kita berada pada zaman apa, yaitu masa Pleistocene Pertengahan. Perubahan posisi bintang dalam rasi Ursa Majoris atau Rasi Beruang Besar dari tahun 100000 SM - 100000 M Dalam heningnya malam ini mengamati langit, duduk diam sambil memejamkan mata, membayangkan bintang-bintang di kubah langit atas sana, bergerak membentuk gambaran yang sama sekali berbeda dengan yang selama ini kita kenal…
Rasi Leo saat 100000 SM dan sekarang. Para astronom zaman dulu sudah bisa membedakan mana “bintang tetap” mana “bintang pengembara” (planet). Planet tampak oleh mereka bergerak di antara bintang-bintang dari rasi ke rasi. Seandainya malam ini kamu melihat planet Jupiter di sebelah Barat rasi Scorpio, beberapa malam kemudian dia akan berada di Timurnya. Bagaimana dengan bintang? Menurut catatan kuno dua abad yang lalu, bintang-bintang di rasi Scorpio juga membentuk “gambaran” kalajengking seperti yang kita lihat sekarang. Sebenarnya bintang juga bergerak. Namun, karena begitu jauh jaraknya dari kita, pergerakan itu hampir tak teramati. Setelah ratusan ribu tahun akibat pergerakannya itu baru kelihatan. Laju perubahan itulah yang disebut gerak diri (proper motion) bintang. Konsep yang lumayan rumit? OK, begini, bintang-bintang di Galaksi Bima Sakti ini rata-rata bergerak dengan kecepatan 10 km per detik atau 36.000 km per jam. Wow! Cepat sekali! Tapi, pertanyaannya adalah bisakah kita melihat gerakan ini dalam satu malam? Dengan kecepatan sebesar itu, dalam waktu satu jam bintang menempuh jarak 36.000 km. Andaikan bintang itu adalah Proxima Centauri, bintang yang terdekat dengan Matahari, yang berjarak 100 triliun kilometer. Jarak sudut bintang (pergeseran posisi bintang di langit) itu, katakanlah a, adalah sebesar 57,3 x (pergeseran sesungguhnya/jarak) = 57,3 (36.000 km / 100 triliun km). Seperseratus juta derajat atau sekitar sepersejuta detik busur! Sudut yang sangat kecil! Hanya dalam hitungan puluhan tahun perubahan itu baru akan teramati. Gerak proper bintang pada bidang langit Para astronom menyatakan laju perubahan sudut ini dalam satuan detik busur per tahun (“/tahun). Bintang Barnard adalah bintang yang memiliki gerak diri paling besar, yaitu 10,25 “/tahun (dalam waktu 180 tahun bintang ini bergeser selebar bentangan bulan purnama). Umumnya bintang-bintang mempunyai gerak sejati hanya 0,1 “/tahun. Setelah 20 atau 50 tahun perubahan posisinya baru teramati dan gerak dirinya bisa dihitung. Caranya? Dengan membandingkan dua foto daerah langit yang sama dengan pengambilan berselang waktu setidaknya selama 20 tahun. Itu pun baru pergeseran yang tampaknya tidak berarti kalau yang dibayangkan adalah perubahan bentuk suatu rasi. Seandainya dihitung untuk katakanlah misalnya sejuta tahun yang lalu atau sejuta tahun yang akan datang? Manusia tentunya tidak bisa menunggu selama itu. Dengan simulasi komputer, bentuk rasi, misalnya rasi Beruang Besar (Ursa Mayor), bisa dilihat mundur ke masa lalu, ke zaman ratusan, ribuan, ratusan ribu tahun yang lalu. Hasilnya memperlihatkan penampakan yang sama sekali berbeda. Dia tak lagi layak mendapatkan nama Beruang Besar. Pada waktu itu bentuknya mirip lembing. Seandainya kita punya mesin waktu yang melemparkan kita ke zaman antah berantah, lalu kita melihat rasi yang seperti itu, kita bisa memperkirakan kita berada pada zaman apa, yaitu masa Pleistocene Pertengahan. Perubahan posisi bintang dalam rasi Ursa Majoris atau Rasi Beruang Besar dari tahun 100000 SM - 100000 M Dalam heningnya malam ini mengamati langit, duduk diam sambil memejamkan mata, membayangkan bintang-bintang di kubah langit atas sana, bergerak membentuk gambaran yang sama sekali berbeda dengan yang selama ini kita kenal…
KATAI Y, BINTANG SEDINGIN MANUSIA
Setelah lebih dari satu dekade para astronom memburu obyek dingin tanpa kesuksesan, hasil yang diberikan oleh Wide-field Infrared Survey Explorer (WISE) membuka jendela harapan bagi para astronom untuk menemukan obyek dingin lainnya.
Ilustrasi bintang katai Y. Kredit : NASA/JPL-Caltech WISE dalam survei langit yang dilakukan berhasil menemukan 6 obyek bintang dingin yang digolongkan dalam katai Y. Yang menarik, ke-6 obyek dingin tersebut suhunya sedingin tubuh manusia. Dengan suhu sedingin itu, teleskop yang bekerja pada cahaya tampak akan sulit melihat obyek seperti it. WISE mampu melihatnya karena WISE memiliki mata inframerah yang mampu untuk mengenali pendaran cahaya lemah setengah lusin katai Y yang jaraknya juga cukup dekat dari Matahari. Bintang Katai Y Apa itu bintang katai Y? Ternyata ia adalah anggota paling dingin dalam keluarga katai coklat. Bintang katai coklat sering disebut sebagai bintang yang gagal, karena tidak mampu mengumpulkan cukup massa untuk memicu terjadinya pembakaran di inti dan bersinar laksana Matahari selama milyaran tahun. Karena tidak ada pembakaran di dalam dirinya obyek ini mendingin dan meredup seiring waktu sampai hanya ada secercah cahaya yang di pancarkan dan itupun pada gelombang inframerah. Atmosfer dari bintang katai coklat juga mirip dengan planet gas raksasa seperti Jupiter, namun lebih mudah dipelajari. Ini disebabkan karena bintang katai coklat biasanya sendiri di angkasa, tidak seperti planet yang keberadaannya terhalau kuatnya cahaya bintang induk yang dikelilinginya. Sedingin apakah bintang itu ? Hasil pengamatan WISE mengungkap keberadaan 100 katau coklat baru, dan 6 di antaranya merupakan kelas Y atau katai Y. Bintang katai Y merupakan bintang paling dingin di dalam keluarga katai coklat dan secara teoritis temperaturnya < 500 K. Ke-6 bintang katai Y yang ditemukan WISE diperkirakan memiliki temperatur sedingin tubuh manusia. dengan suhu terendah berasal dari WISE 1828+2650 yang memiliki temperatur lebih rendah dari temperatur ruangan atau lebih rendah dari 298 K (25°C, 80°F ). Bintang katai coklat yang ditemukan sebelum penemuan WISE ini memiliki temperatur setara dengan tempeatur oven. Dengan ditemukannya ke-6 katai coklat yang baru tersebut, temperatur terdingin di kelas Y bergeser dari “area dapur” ke area terdingin di dalam rumah dan mereka juga berada tak jauh dari rumah manusia, hanya berjarak antara 9 – 40 tahun cahaya. Dengan jarak 9 tahun cahaya, maka WISE 1541-2250 menjadi sistem bintang terdekat ke-7 dan membuat Ross 154 si bintang katai merah menempati urutan ke-8 pada jarak 9,68 tahun cahaya. Bintang terdekat dari Tata Surya adalah Proxima Centauri dengan jarak sekitar 4 tahun cahaya. Penemuan bintang katai coklat di dekat Matahari seperti menemukan rumah tersembunyi di lingkungan kita sendiri yang bahkan tidak pernah disadari kehadirannya. Kehadiran WISE memberi harapan baru bagi manusia untuk bisa menemukan tetangga dekat lainnya yang bahkan bisa jadi lebih dekat dari bintang terdekat saat ini.
Ilustrasi bintang katai Y. Kredit : NASA/JPL-Caltech WISE dalam survei langit yang dilakukan berhasil menemukan 6 obyek bintang dingin yang digolongkan dalam katai Y. Yang menarik, ke-6 obyek dingin tersebut suhunya sedingin tubuh manusia. Dengan suhu sedingin itu, teleskop yang bekerja pada cahaya tampak akan sulit melihat obyek seperti it. WISE mampu melihatnya karena WISE memiliki mata inframerah yang mampu untuk mengenali pendaran cahaya lemah setengah lusin katai Y yang jaraknya juga cukup dekat dari Matahari. Bintang Katai Y Apa itu bintang katai Y? Ternyata ia adalah anggota paling dingin dalam keluarga katai coklat. Bintang katai coklat sering disebut sebagai bintang yang gagal, karena tidak mampu mengumpulkan cukup massa untuk memicu terjadinya pembakaran di inti dan bersinar laksana Matahari selama milyaran tahun. Karena tidak ada pembakaran di dalam dirinya obyek ini mendingin dan meredup seiring waktu sampai hanya ada secercah cahaya yang di pancarkan dan itupun pada gelombang inframerah. Atmosfer dari bintang katai coklat juga mirip dengan planet gas raksasa seperti Jupiter, namun lebih mudah dipelajari. Ini disebabkan karena bintang katai coklat biasanya sendiri di angkasa, tidak seperti planet yang keberadaannya terhalau kuatnya cahaya bintang induk yang dikelilinginya. Sedingin apakah bintang itu ? Hasil pengamatan WISE mengungkap keberadaan 100 katau coklat baru, dan 6 di antaranya merupakan kelas Y atau katai Y. Bintang katai Y merupakan bintang paling dingin di dalam keluarga katai coklat dan secara teoritis temperaturnya < 500 K. Ke-6 bintang katai Y yang ditemukan WISE diperkirakan memiliki temperatur sedingin tubuh manusia. dengan suhu terendah berasal dari WISE 1828+2650 yang memiliki temperatur lebih rendah dari temperatur ruangan atau lebih rendah dari 298 K (25°C, 80°F ). Bintang katai coklat yang ditemukan sebelum penemuan WISE ini memiliki temperatur setara dengan tempeatur oven. Dengan ditemukannya ke-6 katai coklat yang baru tersebut, temperatur terdingin di kelas Y bergeser dari “area dapur” ke area terdingin di dalam rumah dan mereka juga berada tak jauh dari rumah manusia, hanya berjarak antara 9 – 40 tahun cahaya. Dengan jarak 9 tahun cahaya, maka WISE 1541-2250 menjadi sistem bintang terdekat ke-7 dan membuat Ross 154 si bintang katai merah menempati urutan ke-8 pada jarak 9,68 tahun cahaya. Bintang terdekat dari Tata Surya adalah Proxima Centauri dengan jarak sekitar 4 tahun cahaya. Penemuan bintang katai coklat di dekat Matahari seperti menemukan rumah tersembunyi di lingkungan kita sendiri yang bahkan tidak pernah disadari kehadirannya. Kehadiran WISE memberi harapan baru bagi manusia untuk bisa menemukan tetangga dekat lainnya yang bahkan bisa jadi lebih dekat dari bintang terdekat saat ini.
Galaksi Andromeda
Galaksi Andromeda dengan nama lain Messier 31, M31, atau NGC 224 adalah salah satu galaksi di luar galaksi Bima Sakti yang dapat dilihat dengan mata telanjang, asalkan dilihat pada malam yang cerah, tanpa bulan dan tanpa polusi cahaya. Strukturnya mirip dengan galaksi Bima Sakti yaitu berbentuk spiral. Jaraknya sekitar 2,5 juta tahun cahaya. Letaknya di langit adalah di belahan langit utara, sekitar 41 derajat di sebelah utara khatulistiwa langit, baik diamati sekitar bulan September, Oktober, November. Dengan mata telanjang, galaksi ini nampak seperti kabutteropong yang dapat menampakkan bintang bintang redup di tepian galaksi Andromeda, ternyata ukuran Andromeda bisa lebih dari 7 kali diamter sudut bulan. Galaksi ini berisi sekitar 1 triliun bintang, dan bergerak mendekati Bima Sakti dengan kecepatan sekitar 300 km/detik.
Penemuan Besar Di Balik Misteri Galaksi Bimasakti
Selama tujuh tahun terakhir, perangkat buatan Jerman itu melacak gelombang gravitasi dari benda-benda luar angkasa yang sangat kuat, seperti bintang netron dan Lubang Hitam.
Sejauh ini GEO600 memang belum mendeteksi satu pun gelombang grafitasi, tetapi teknologi itu secara tidak sengaja menghasilkan penemuan amat penting dalam ilmu fisika pada setengah abad terakhir ini.
Selama beberapa bulan, papar Marcus Chown dari New Scientist, anggota tim GEO600 dipusingkan oleh bebunyian tidak jelas yang terekam oleh detektor mereka. Lalu, tanpa disangka, seorang peneliti memperoleh jawaban, bahkan telah memperkirakan bunyi itu sebelum para ilmuwan mendeteksinya.
Menurut Craig Hogan, fisikawan dari laboratorium fisika Fermilab di Batavia, Illinois, Amerika Serikat, GEO600 telah mencapai batas fundamental ruang dan waktu - titik di mana ruang-waktu tidak lagi berbentuk aliran kontinum seperti dijelaskan Albert Einstein melainkan larut menjadi 'butiran-butiran' seperti titik kecil yang diperbesar oleh mikroskop.
"Sepertinya GEO600 dihantam oleh gelombang kuantum mikroskopik ruang dan waktu," kata Hogan.
Pemikiran Hogan terlihat absurd, tetapi itu adalah pemahaman terbaik mengenai lubang hitam dan merupakan landasan teori yang masuk akal. Ide itu bahkan sangat membantu ilmuwan dalam menjelaskan bagaimana alam semesta bekerja di tingkat paling asasi.
Analoginya begini, hologram yang Anda temukan di kartu kredit atau kartu ATM ditempelkan pada plastik film dua dimensi. Begitu terkena sinar, hologram akan menampilkan citra tiga dimensi (3D).
Pada 1990, Leonard Susskind dan ilmuwan penerima Nobel Gerard't Hooft menengarai berlakunya prinsip yang sama di alam semesta. Pengamatan sehari-hari manusia bisa merupakan gambaran holografis dari proses fisika di ruang dua dimensi.
Prinsip holografis itu menantang akal sehat kita. Bayangkan, Anda bangun tidur, sikat gigi, dan membaca artikel ini karena sesuatu terjadi di batas-batas semesta ini. Tidak seorang pun tahu jika kita benar-benar hidup dalam hologram, walaupun para ahli memiliki alasan logis bahwa banyak aspek dari prinsip holografis itu yang masuk akal.
Gagasan Suskind dan Gerard't Hooft muncul didorong oleh hasil kerja Jakob Bekenstein dari Hebrew Unversity of Jerusalem, Israel dan Stephen Hawking dari Universitas
Pertengahan 1970an, Hawking membuktikan bahwa Lubang Hitam sebenarnya tidak sepenuhnya 'hitam atau gelap', sebaliknya secara memancarkan radiasi yang menyebabkannya menghilang.
Hawking menyisakan teka-teki karena tidak membeberkan apa yang dikandung Lubang Hitam.
Ketika Lubang Hitam menghilang, semua informasi mengenai fenomena yang berasal dari bintang mati itu pun sirna, bertolak belakang dengan teori sebelumnya yang meyakini bahwa informasi itu tidak bisa dihancurkan. Inilah yang dikenal dengan paradoks Lubang Hitam.
Hasil kerja Bekenstein ini merintis jalan untuk menjelaskan paradoks itu. Ia menemukan, entropi Lubang Hitam (ukuran kuantitatif dari sistem perpindahan panas yang tidak beraturan), ternyata sama dengan informasi yang dikandungnya dan proporsional dengan daerah permukaan horisonnya.
Ini adalah selubung teoritis yang menutup Lubang Hitam, sekaligus menandakan tidak ada hal yang bisa dijelaskan dari materi atau cahaya yang tersedot Lubang Hitam.
Sejak itu, para ilmuwan menunjukan bahwa gelombang kuantum mikroskopik pada horison (lapisan sekeliling Lubang Hitam di mana semua benda yang melintasinya dihisap ke dalam) dapat melambangkan informasi dalam Lubang Hitam sehingga tak ada informasi misterius yang hancur saat Lubang Hitam menghilang.
Artinya, informasi 3D tentang bintang mati dapat disandikan secara lengkap di horison Lubang Hitam yang timbul dari bintang itu, tidak sepenuhnya mirip seperti citra 3D sebuah benda yang dikodekan dalam hologram dua dimensi.
Susskind dan Hofft memperluas pandangan kita terhadap alam semesta secara keseluruhan pada tingkat bahwa semesta ini juga mempunyai batas horison, yaitu garis batas di mana cahaya tidak mampu mencapai bumi dalam 13,7 miliar tahun.
Lebih dari itu, penelitian para ilmuwan, khususnya Juan Maldacena dari Institute for Advanced Study, Princeton, telah memastikan bahwa teori itu benar. Maldacena menunjukkan bahwa fisika di alam semesta hipotetis sebagai
Menurut Hogan, prinsip holografis secara radikal mengubah gambaran kita mengenai ruang dan waktu.
Pada perbesaran itu, struktur ruang dan waktu berubah menjadi partikel-partikel kecil yang ratusan miliar-miliar kali lebih kecil dari proton.
Besarnya pengembangan struktur itu dikenal dengan nama Konstanta Planck, panjangnya 10-35 meter dan jauh di luar jangkauan percobaan manapun sehingga tidak seorang pun berani bermimpi bahwa butiran-butiran ruang dan waktu itu mungkin bisa lenyap.
Hogan akhirnya menyadari prinsip holografis itu telah mengubah banyak hal. Jika ruang dan waktu diibaratkan hologram kasar, maka Anda bisa membayangkan semesta sebagai ruang yang lapisan luarnya direkatkan pada lapisan-lapisan Planck yang masing-masing menyimpan informasi.
Prinsip holografis mengatakan, jumlah informasi yang direkatkan di luar seharusnya sesuai dengan jumlah informasi yang dikandung dalam volume semesta. Lalu, bagaimana caranya volume ruang semesta bisa jauh lebih besar dari lapisan luarnya?
Hogan menyadari, isi volume semesta dan batasannya mempunyai jumlah informasi yang sama, maka ruang di luarnya harus dibangun dari butiran-butiran yang lebih besar dari skala Planck, "Atau, dengan cara lain, sebuah semesta holografis itu kabur," ungkapnya.
Ini kabar baik bagi mereka yang berupaya meneliti unit terkecil dari ruang dan waktu. "Bertentangan dengan dengan perkiraan sebelumnya, semesta holografis menempatkan struktur kuantum mikroskopiknya ada jangkauan eksperimen-eksperimen," jelas Hogan.
Jadi, sementara konstanta Planck terlalu kecil untuk diteliti, proyeksi holografis butiran-butiran itu bisa lebih besar, sekitar 10-16 meter. "Jika Anda hidup dalam hologram, Anda bisa menjelaskannya dengan mengukur kadar kekaburannya."
Ketika Hogan menyadari hal ini untuk pertamakalinya, dia tidak yakin apakah ada uji coba yang bisa menghitung kadar kekaburan dari ruang waktu. Itulah ketika GEO600 muncul.
Pelacak gelombang gravitasi seperti GEO600 adalah alat yang luar biasa sensitif. Gelombang gravitasi melalui GEO600 akan secara bergantian merenggangkan ruang pada satu arah, dan memerasnya di tempat lain.
Untuk menghitungnya, tim GEO600 menembakkan sinar laser melalui cermin setengah perak yang disebut pembelah sinar. Cermin ini membagi cahaya menjadi dua sinar, yang melewati lengan tegak sepanjang 600 meter pada instrumen pembelah sinar itu dan memantul kembali.
Sinar pantulan itu menyatu di pembelah sinar dan menciptakan pola penyatuan antarcahaya dan bidang gelap di mana gelombang cahaya saling menguatkan, dan sebaliknya. Setiap pergeseran posisi di wilayah-wilayah itu menjelaskan bahwa panjang relatif lengan telah berubah.
"Kuncinya adalah uji coba seperti itu sangat sensitif terhadap perubahan panjang lengan alat yang jauh lebih pendek dari diameter proton," pungkas Hogan.
Galaksi Bimasakti dan Andromeda Mendekat
Data dari peneropongan puluhan teleskop raksasa di dunia telah mengungkap proses yang terjadi di jagat raya. Diketahui Galaksi Bimasakti dan Andromeda atau M31 bergerak mendekat. Dalam dua miliar tahun, dua galaksi itu akan mulai bertabrakan. Saat itu akan mengakibatkan kiamat bagi bumi yang berada di Galaksi Bimasakti.
Hal ini dilontarkan Tony Seno Hartono selaku National Technology Officer Microsoft Indonesia seusai penyerahan perangkat World Wide Telescope (WWT) kepada Direktur Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP Iptek) Finarya Legoh di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (10/6).
Perangkat WWT terdiri atas teleskop elektron yang dihubungkan dengan sistem komputer interaktif. Di dalamnya berisi database yang memuat paduan gambar benda-benda di antariksa yang diambil dari 21 teleskop yang tersebar di dunia. Pemaduan gambar yang jumlahnya mencapai jutaan itu dilakukan Jim Crey dari Microsoft. Data yang diberikan NASA untuk WWT atau publik merupakan data pemantauan enam bulan silam, kata Tony.
Dengan memadukan hasil peneropongan ini, selain kemungkinan tabrakan antargalaksi juga diketahui, bulan ternyata bergerak menjauh 3 sentimeter per hari. ”Dengan demikian, pada suatu ketika kita tak lagi melihat bulan dari permukaan Bumi dengan mata telanjang,” ujar Tony.
Staf Ahli Menteri Negara Riset dan Teknologi Engkos Koswara menjelaskan, selain ditempatkan di PP Iptek, perangkat WWT lebih dulu dioperasikan di Teropong Bintang Bosscha, Lembang, sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa Astronomi ITB. Perangkat WWT pertama kali diperkenalkan Bill Gates kepada Presiden RI ketika berkunjung ke Jakarta beberapa tahun lalu.
Dalam sambutannya, Finarya mengatakan, selain WWT di PP Iptek juga terdapat galeri astronomi dan beberapa teleskop matahari yang bisa digunakan pengunjung. Dalam menyambut tahun Astronomi Internasional pada 2009, PP Iptek juga menggelar beberapa kegiatan terkait, antara lain perkemahan siswa untuk melakukan peneropongan bintang malam hari.
http://sains.kompas.com/read/2009/06/11/09091331/galaksi.bimasakti.dan.andromeda.mendekat
Hal ini dilontarkan Tony Seno Hartono selaku National Technology Officer Microsoft Indonesia seusai penyerahan perangkat World Wide Telescope (WWT) kepada Direktur Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP Iptek) Finarya Legoh di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (10/6).
Perangkat WWT terdiri atas teleskop elektron yang dihubungkan dengan sistem komputer interaktif. Di dalamnya berisi database yang memuat paduan gambar benda-benda di antariksa yang diambil dari 21 teleskop yang tersebar di dunia. Pemaduan gambar yang jumlahnya mencapai jutaan itu dilakukan Jim Crey dari Microsoft. Data yang diberikan NASA untuk WWT atau publik merupakan data pemantauan enam bulan silam, kata Tony.
Dengan memadukan hasil peneropongan ini, selain kemungkinan tabrakan antargalaksi juga diketahui, bulan ternyata bergerak menjauh 3 sentimeter per hari. ”Dengan demikian, pada suatu ketika kita tak lagi melihat bulan dari permukaan Bumi dengan mata telanjang,” ujar Tony.
Staf Ahli Menteri Negara Riset dan Teknologi Engkos Koswara menjelaskan, selain ditempatkan di PP Iptek, perangkat WWT lebih dulu dioperasikan di Teropong Bintang Bosscha, Lembang, sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa Astronomi ITB. Perangkat WWT pertama kali diperkenalkan Bill Gates kepada Presiden RI ketika berkunjung ke Jakarta beberapa tahun lalu.
Dalam sambutannya, Finarya mengatakan, selain WWT di PP Iptek juga terdapat galeri astronomi dan beberapa teleskop matahari yang bisa digunakan pengunjung. Dalam menyambut tahun Astronomi Internasional pada 2009, PP Iptek juga menggelar beberapa kegiatan terkait, antara lain perkemahan siswa untuk melakukan peneropongan bintang malam hari.
Galaksi 2MASX J00482185-2507365 occulting pair
2MASX J00482185-2507365 occulting pair adalah sepasang galaksi spiral yang tumpang tindih yang ditemukan di sekitar NGC 253, yang Pematung Galaxy. Kedua galaksi yang lebih jauh dari NGC 253, dengan latar belakang galaksi, 2MASX J00482185-2507365, tergeletak di pergeseran merah z = 0,06, dan latar depan galaksi NGC yang terletak di antara 253 dan galaksi di latar belakang (0,0008 <0,06). Pasangan ini menerangi galaksi distribusi debu galaksi di luar terlihat lengan spiral galaksi. Sejauh yang sebelum ini tak terduga debu melampaui batas-batas berbintang lengan, menunjukkan area baru untuk studi astronomi extragalactic. Lengan yang berdebu memperpanjang 6 kali dengan jari-jari tangan yang berbintang galaksi, dan ditunjukkan gambar siluet di HST terhadap pusat dan bagian inti galaksi di latar belakang.
http://www.sman1ampekangkek.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=360:10-galaksi-yang-paling-unik&catid=112:sains&Itemid=145
Suatu tim astronom yang dipimpin (co-led) oleh Mark Brodwin dan Peter Eisehardt, keduanya dari Laboratorium Propulsi Jet NASA di Pasadena, California, telah menemukan hampir 300 kluster (gugus) galaksi baru. Sekitar 100 diantaranya berjarak lebih dari 8 miliar tahun cahaya; terbentuk saat alam semesta masih berusia kurang dari separuh usianya sekarang. Penemuan ini menambah jumlah kluster galaksi berjarak sangat jauh hingga sebanyak enam kali dari jumlah yang semula diketahui.
Makin jauh sebuah kluster galaksi, makin muda pula usianya. Dengan demikian, kluster-kluster galaksi yang baru ditemukan itu masih berada pada tahap awal pembentukannya. Kluster biasanya memiliki sebuah galaksi yang paling masif, dimana bintang-bintangnya yang paling muda terbentuk. Dengan mempelajari sekian banyak kluster galaksi muda, astronom dapat mempelajar bagaimana bintang-bintang tahap awal terbentuk dan bagaimana kluster (dan galaksi-galaksi) berkembang.
Hasil ini dicapai dengan memanfaatkan kombinasi data infra merah dari Teleskop Antariksa Spitzer dengan koleksi citra optik yang dimiliki oleh National Optical Astronomy Observatory Deep Wide-field Survey di Observatorium Nasional Kitt Peak, Arizona. Penemuan tersebut dipresentasikan pada 5 Juni lalu pada pertemuan American Astronomical Society di Calgary, Canada
http://www.wattpad.com/127056-ditemukan-300-kluster-galaksi-baru
Makin jauh sebuah kluster galaksi, makin muda pula usianya. Dengan demikian, kluster-kluster galaksi yang baru ditemukan itu masih berada pada tahap awal pembentukannya. Kluster biasanya memiliki sebuah galaksi yang paling masif, dimana bintang-bintangnya yang paling muda terbentuk. Dengan mempelajari sekian banyak kluster galaksi muda, astronom dapat mempelajar bagaimana bintang-bintang tahap awal terbentuk dan bagaimana kluster (dan galaksi-galaksi) berkembang.
Hasil ini dicapai dengan memanfaatkan kombinasi data infra merah dari Teleskop Antariksa Spitzer dengan koleksi citra optik yang dimiliki oleh National Optical Astronomy Observatory Deep Wide-field Survey di Observatorium Nasional Kitt Peak, Arizona. Penemuan tersebut dipresentasikan pada 5 Juni lalu pada pertemuan American Astronomical Society di Calgary, Canada
http://www.wattpad.com/127056-ditemukan-300-kluster-galaksi-baru
NASA Temukan Planet Berbatu Mirip Bumi
WASHINGTON - Sebuah teleskop NASA telah menemukan planet kecil di luar tata surya kita dan kondisinya berbatu sama seperti Bumi.
Sayangnya planet tersebut suhunya terlalu panas untuk mendukung kehidupan. Di satu sisi planet tersebut bersuhu sekira 2.700 derajat Fahrenheit atau 1.500 derajat celsius.
Planet tersebut bernama Kepler 10-b, yang diambil dari nama teleskop yang menemukannya. Demikian seperti dari Daily Mail, Selasa (11/1/2011).
Ilmuwan dari NASA, Natalie Batalha, mengatakan bahwa planet tersebut berukuran sekira 1,4 kali dari Bumi dan memiliki massa sekira 4 1/2 kali planet kita.
Para ahli astronom juga telah menemukan planet lainnya di luar tata surya kita yang massa-nya mirip dengan Bumi, tapi tidak ada yang semirip ini dalam ukuran diameter.
Alasan mengapa planet ini terlalu panas untuk ditinggali oleh mahkluk hidup adalah, jaraknya yang 20 kali lebih dekat dengan bintang induknya, dibandingkan jarak planet Merkurius dengan matahari kita.
Sayangnya planet tersebut suhunya terlalu panas untuk mendukung kehidupan. Di satu sisi planet tersebut bersuhu sekira 2.700 derajat Fahrenheit atau 1.500 derajat celsius.
Planet tersebut bernama Kepler 10-b, yang diambil dari nama teleskop yang menemukannya. Demikian seperti dari Daily Mail, Selasa (11/1/2011).
Ilmuwan dari NASA, Natalie Batalha, mengatakan bahwa planet tersebut berukuran sekira 1,4 kali dari Bumi dan memiliki massa sekira 4 1/2 kali planet kita.
Para ahli astronom juga telah menemukan planet lainnya di luar tata surya kita yang massa-nya mirip dengan Bumi, tapi tidak ada yang semirip ini dalam ukuran diameter.
Alasan mengapa planet ini terlalu panas untuk ditinggali oleh mahkluk hidup adalah, jaraknya yang 20 kali lebih dekat dengan bintang induknya, dibandingkan jarak planet Merkurius dengan matahari kita.
Inilah Desain Pesawat di 2025 Ala NASA
Pada akhir 2010 lalu, Badan Antariksa AS, NASA, memberikan kontrak pada tiga tim yakni Lockheed Martin, Northrop Grumman, dan Perusahaan Boeing untuk meneliti konsep desain canggih pesawat terbang masa depan yang bisa digunakan pada tahun 2025.
Seperti dimuat situs NASA, masing-masing desain pesawat yang dihasilkan tiga tim nampak beda, Namun, apapun desainnya, harus memenuhi kriteria yang dipatok NASA, yakni: tidak berisik, tidak mengeluarkan asap buangan, dan hemat bahan bakar.
Itu artinya, setiap pesawat harus menyeimbangkan semua teknologi canggih dan keramahan lingkungan. NASA juga mengharuskan pesawat masa depan bisa dioperasikan dengan aman dalam manajemen lalu lintas udara yang lebih modern di masa depan.
Syarat yang lain: masing-masing pesawat harus bisa terbang sekurang-kurangnya 85 persen dari kecepatan suara, bisa melintasi jarak setidaknya 7.000 mil, dan bisa mengangkut 50.000 sampai 100.000 pon muatan, penumpang ditambah kargo.
Selama sisa waktu yang telah ditetapkan, tim akan meneliti, menguji, dan melakukan simulasi. Juga membuang dan mempertahankan inovasi agar mereka bisa ke luar sebagai pemenang dalam sayembara NASA ini.
Penasaran dengan desain nya?? klik link di bawah:
http://www.taukahkamu.com/2011/01/inilah-desain-pesawat-di-2025-ala-nasa.html
Seperti dimuat situs NASA, masing-masing desain pesawat yang dihasilkan tiga tim nampak beda, Namun, apapun desainnya, harus memenuhi kriteria yang dipatok NASA, yakni: tidak berisik, tidak mengeluarkan asap buangan, dan hemat bahan bakar.
Itu artinya, setiap pesawat harus menyeimbangkan semua teknologi canggih dan keramahan lingkungan. NASA juga mengharuskan pesawat masa depan bisa dioperasikan dengan aman dalam manajemen lalu lintas udara yang lebih modern di masa depan.
Syarat yang lain: masing-masing pesawat harus bisa terbang sekurang-kurangnya 85 persen dari kecepatan suara, bisa melintasi jarak setidaknya 7.000 mil, dan bisa mengangkut 50.000 sampai 100.000 pon muatan, penumpang ditambah kargo.
Selama sisa waktu yang telah ditetapkan, tim akan meneliti, menguji, dan melakukan simulasi. Juga membuang dan mempertahankan inovasi agar mereka bisa ke luar sebagai pemenang dalam sayembara NASA ini.
Penasaran dengan desain nya?? klik link di bawah:
http://www.taukahkamu.com/2011/01/inilah-desain-pesawat-di-2025-ala-nasa.html
Ada Lautan Di Lapisan Bawah Permukaan Es Pluto
Pluto, yang kini tidak dianggap sebagai planet lagi di tata surya kita, diyakini memiliki lautan di lapisan bawah permukaan esnya. Pasalnya, panas radioaktif memiliki kemungkinan telah memanaskan inti dari Pluto. Demikian menurut sebuah penelitian terbaru.
Meski suhu permukaannya sangat dingin, akan tetapi planet kecil tersebut cukup hangat untuk memiliki lautan di bawah permukaannya. Menurut sebuah peragaan yang ditujukan untuk mengukur tingkat panas radioaktif yang bisa memanaskan inti dari Pluto. Demikian dikutip dari National Geographic, Senin (20/12/2010).
"Lautan tersebut diperkirakan seluas 100 sampai 170 kilometer, yang ditutupi oleh lapisan es setebal 200 kilometer," ujar Guilaume Robuchon, ilmuwan dari University of California, Santa Cruz.
Apabila ini benar, berarti Pluto akan bergabung dengan Titan dan Enceladus, planet satelit milik Saturnus yang dipercaya memiliki sumber air.
Meskipun permukaan planet Pluto bersuhu sekitar -230 derajat celsius, namun air di bawah permukaannya mungkin tidak akan ikut membeku, menurut sebuah peragaan yang dilakukan oleh para ilmuwan tersebut.
"Es adalah materi perekat yang baik," ujar Francis Nimmo dari University of California, yang juga rekan dari Robuchon.
Robuchon menambahkan, model peragaannya menunjukkan, bahwa bagian dalam Pluto bisa mengandung air, asalkan inti dari Pluto mengandung setidaknya ratusan bagian per miliar kadar radioaktif potassium. Lalu, batuan di Pluto juga harus bertumpuk di inti yang berbatu, dengan air dan permukaan yang dilapisi oleh es.
Pada 24 Agustus 2006, status Pluto dirubah, dari yang tadinya 'planet' menjadi 'planet kerdil'. Lalu pada 7 September 2006, nama Pluto diganti dengan nomor saja, yakni 134340.
http://www.taukahkamu.com/2010/12/ada-lautan-di-lapisan-bawah-permukaan.html
Meski suhu permukaannya sangat dingin, akan tetapi planet kecil tersebut cukup hangat untuk memiliki lautan di bawah permukaannya. Menurut sebuah peragaan yang ditujukan untuk mengukur tingkat panas radioaktif yang bisa memanaskan inti dari Pluto. Demikian dikutip dari National Geographic, Senin (20/12/2010).
"Lautan tersebut diperkirakan seluas 100 sampai 170 kilometer, yang ditutupi oleh lapisan es setebal 200 kilometer," ujar Guilaume Robuchon, ilmuwan dari University of California, Santa Cruz.
Apabila ini benar, berarti Pluto akan bergabung dengan Titan dan Enceladus, planet satelit milik Saturnus yang dipercaya memiliki sumber air.
Meskipun permukaan planet Pluto bersuhu sekitar -230 derajat celsius, namun air di bawah permukaannya mungkin tidak akan ikut membeku, menurut sebuah peragaan yang dilakukan oleh para ilmuwan tersebut.
"Es adalah materi perekat yang baik," ujar Francis Nimmo dari University of California, yang juga rekan dari Robuchon.
Robuchon menambahkan, model peragaannya menunjukkan, bahwa bagian dalam Pluto bisa mengandung air, asalkan inti dari Pluto mengandung setidaknya ratusan bagian per miliar kadar radioaktif potassium. Lalu, batuan di Pluto juga harus bertumpuk di inti yang berbatu, dengan air dan permukaan yang dilapisi oleh es.
Pada 24 Agustus 2006, status Pluto dirubah, dari yang tadinya 'planet' menjadi 'planet kerdil'. Lalu pada 7 September 2006, nama Pluto diganti dengan nomor saja, yakni 134340.
http://www.taukahkamu.com/2010/12/ada-lautan-di-lapisan-bawah-permukaan.html
DITEMUKAN BENTUK KEHIDUPAN YANG LAIN DARIPADA YANG LAIN
Seringkali kita bertanya apakah di luar Bumi kita ini ada kehidupan lain ataukah tidak. Membayangkan bahwa kita ini hanya sendirian di alam semesta yang begitu luasnya ini terasa begitu menyeramkan, namun hingga kini kita belum menemukan bukti adanya kehidupan (bahkan yang paling sederhana pun) di luar Bumi.
Semenjak sekitar lima puluh tahun lalu, manusia mulai menggunakan teleskop radio untuk mencari kehidupan cerdas di luar Bumi. Hingga kini sudah ada beberapa program pencarian kehidupan cerdas, namun hingga kini belum ada hasil. Dari ranah teoritis, hipotesis juga dibangun misalnya dengan memprediksi berapa jumlah kehidupan cerdas yang dapat muncul di alam semesta seperti yang kita huni. Namun persoalan ini pada umumnya terantuk pada satu permasalahan mendasar: kehidupan seperti apa yang kita maksud? Berhubung hingga saat ini kita tidak memiliki konsensus mengenai definisi kehidupan, dan juga karena kita hanya mengenal kehidupan di Bumi, maka definisi kehidupan dalam konteks ini adalah “kehidupan sebagaimana kita ketahui” (life as we know it).
Mono Lake di California, Amerika Serikat. Danau ini memiliki kadar arsenik yang tinggi dan oleh karena itu dipilih sebagai lokasi penelitian. Sumber: NASA.
Definisi itu kini telah diperluas dengan ditemukannya jasad renik yang menggunakan arsenik sebagai bagian dari metabolismenya. Di sebuah danau bernama Mono Lake di California, Amerika Serikat, sekelompok peneliti yang dibiayai NASA menemukan mikroorganisme pertama yang diketahui dapat hidup dan bereproduksi dengan menggunakan unsur beracun (bagi kehidupan lain).
Selama ini, kehidupan sebagaimana kita ketahui mengandung enam unsur dasar: Karbon, Hidrogen, Nitrogen, Oksigen, Fosfor, dan Belerang. Fosfor adalah bagian penting dalam DNA dan RNA, yang merupakan struktur dasar setiap bentuk kehidupan di Bumi dan membawa informasi genetik suatu jasad.
Dalam setiap sel makhluk hidup terdapat molekul-molekul bernama ATP yang bertugas menyalurkan energi. Komponen penting molekul ini adalah Fosfor. Secara kimia, struktur Arsenik sama dengan Fosfor, namun Arsenik beracun bagi kebanyakan makhluk hidup di Bumi.
Gambar atas adalah mikroba yang dikembangbiakkan oleh fosfor. Gambar bawah adalah mikroba yang sama yang dikembangbiakkan oleh arsenik. Mikroba ini masih tetap berkembang bila dikembangbiakkan oleh arsenik. Perhatikan skalanya dalam mikron atau sama dengan satu per sepuluh ribu centimeter. Mikroba ini jauh lebih kecil daripada ketipisan rambut manusia (sekitar 17 hingga 180 mikron). Sumber: NASA
Beberapa jasad renik memiliki kemampuan untuk berfotosintesis dengan menggunakan arsenik karena ketiadaan oksigen, namun jasad renik yang ditemukan di Mono Lake ini menggunakan arsenik sebagai bagian dari dirinya. Arsenik menjadi salah satu komponen penyusun DNA dan RNA jasad renik ini.
Mono Lake sendiri dipilih sebagai lokasi penelitian karena danau ini memliki kadar garam yang tinggi, zat alkali yang tinggi, dan juga kandungan arsenik yang tinggi. Susunan kimia yang tak biasa ini adalah karena Mono Lake sudah terisolisasi dari sumber-sumber air bersih selama 50 tahun.
Mikroba yang disebut GFAJ-1 ini adalah anggota dari sekelompok bakteri yang dinamakan Gammaproteobacteria. Bakteri ini dibawa ke laboratorium lalu diberi “makanan” yang sangat sedikit fosfor namun mengandung banyak arsenik. Ketika fosfor dihilangkan dari menu dan diganti seluruhnya dengan arsenik, mikroba tersebut terus berkembang (gambar ada di samping). Ternyata komponen arsenik tersebut diikutkan ke dalam struktur mikroba tersebut lain, antara lain ke dalam DNA, protein, dan membran sel.
Penemuan ini telah membuka wawasan kita mengenai definisi kehidupan. Ternyata kehidupan dapat muncul dari kondisi yang tidak berkenan bagi kehidupan model lain. Bila di Planet Bumi kehidupan seperti ini dapat tumbuh subur, bukan tidak mungkin jasad renik semacam ini pun dapat muncul di planet lain. Dengan kata lain, bentuk kehidupan yang dapat muncul di alam ini dapat sangat berbeda dengan yang selama ini kita ketahui. Kehidupan berbasis karbon kini bukan satu-satunya alternatif yang ada.
Sewaktu kecil saya menonton salah satu episode serial Star Trek mengenai kehidupan berbasis silikon. Spock melakukan peleburan pikiran (mind meld) dengan makhluk ini dan menyadari bahwa kehidupan ini adalah kehidupan cerdas. Dua tahun lalu, saat saya sedang mengambil S2 di Observatorium Leiden, seorang ahli kimia organik memberikan kolokium dan mengatakan bahwa kehidupan berbasis silikon adalah fiksi ilmiah dan tidak mungkin muncul. Saya kini ingin tahu apa pendapatnya setelah adanya penemuan di Mono Lake ini.
Langganan:
Postingan (Atom)