Wahana ruang angkasa Kepler diperkirakan dapat menemukan minimal 10.000 planet dalam satu dekade mendatang. Demikian dikatakan Geoff Marcy, seorang astronom University of California, Berkeley yang terlibat dalam misi perburuan planet dengan wahana tersebut dalam pertemuan American Astronomical Society bulan lalu di Seattle, AS.
"Dalam beberapa tahun mendatang, Kepler akan menemukan ribuan planet. Akan ada misi pengikut Kepler dari Eropa, amerika atau keduanya. Saya bertaruh, Pada tahun 2020, astronom akan menemukan 10.000 planet. Sementara pada tahun 2030, mungkin terdapat 20.000 atau 30.000 planet lain juga akan ditemukan," ujar Marcy seperti dilansir Space.com.
Perkiraan temuan planet baru bakal begitu banyak karena Kepler dilengkapi teknologi canggih. Selain itu, ia juga menyebut bahwa peluang ditemukannya banyak planet baru juga didukung kerja keras para astronom yang sangat inovatif.
Meski demikian, Marcy menuturkan bahwa jumlha penemuan baru bukan yang terpenting. Lebih penting lagi adalah kualitas planet yang ditemukan. Yang dimaksudnya dengan kualitas planet adalah berkaitan dengan misi mencari kehidupan di luar Bumi. "Kami ingin planet seukuran Bumi, berada pada zona yang bisa ditinggali," paparnya.
Penemuan planet yang seukuran bumi dan berada pada zona yang bisa ditinggali akan menguak tabir kemungkinan adanya kehidupan lain di luar angkasa. Terlebih juga akan menggali kemungkinan manusia untuk hidup di tempat tersebut.
Kepler seperti diberitakan sebelumnya telah menemukan planet Kepler 10-b. Planet tersebut merupakan planet ekstrasurya yang seukuran Bumi dengan diameter 1,4 kali ukuran Bumi. Meski demikian, kemungkinan tidak dapat ditinggali manusia karena terlalu dekat dengan bintangnya.
Sejauh ini, selain menemukan Kepler 10-b, kabarnya Kepler juga telah menemukan planet alien lain. Hari ini pukul 13.00 EST atau Kamis (3/2/2011) besok pukul 01.00 WIB, NASA akan menggelar konferensi yang mengumumkan planet alien baru temuan Kepler.
3 Feb 2011
Mengapa Astronomi Indonesia Tidak Maju?
Di sela-sela penelitiannya selama sempekan di Observatorium La Silla, Chile, 20-28 Januari 2011, Dr Johny Setiawan menyempatkan diri menjawab pertanyaan-petanyaan para pembaca Kompas.com secara online. Johny adalah astronom asal Indonesia yang kini menjadi peneliti di Max Planck Institute for Astronomi, Jerman.
Di antara sekian banyak pertanyaan, sejumlah orang penasaran dengan latar belakang Johny yang sukses menjadi salah satu astronom terkemuka di dunia. Selama karirnya, Johny memang banyak dikenal sebagai peneliti utama yang menemukan planet-planet ekstrasurya atau ekstrasolar. Penelitiannya sangat penting bagi ilmu pengetahuan untuk mengungkap asal-usul alam semesta hingga menemukan tempat serupa Bumi yang mungkin dibutuhkan untuk masa depan kehidupan manusia.
Tak sedikit yang mempertanyakan bagaimana agar riset astronomi bisa berkembang di Indonesia dan sejajar dengan negara-negara maju di dunia. Berikut rangkuman jawaban Dr Johny Setiawan terhadap pertanyaan pembaca:
Tanya: Sejak kapan jatuh cinta sama astronomi? Lalu mengasah kemampuannya bagaimana? Gabung dengan astronomy club kah atau ikutan olimpiade sains atau semacamnya?
Jawab: Tertarik dengan astronomi sejak berumur 4 tahun. Jatuh cinta dengan astronomi sejak SMA. Saya tidak pernah ikut club astronomi dsb. Saya mengasah kemampuan astronomi saya dengan banyak membaca buku astronomi di tempat saya studi dan tentunya juga bekal pengamatan astronomi di La Silla sejak lebih dari 11 tahun.
Tanya: Saya tertarik dengan astronomi. Apa yang harus saya lakukan agar bisa seperti Pak Johny?
Jawab: Resep untuk sukses di bidang astronomi sama dengan resep sukses di bidang lainnya, yaitu rajin belajar, ulet dalam mencari kesempatan dan tidak mudah menyerah dengan keadaan atau situasi yang terbatas, termasuk pandangan masyarakat umum yang kurang mendukung astronomi karena dianggap tidak ada keuntungan materialnya. Saya harap, akan ada yang bisa menggantikan saya kelak di rubrik ini dan menjadi astronom terkenal di dunia.
Tanya: Saya guru, bagaimana menumbuhkan minat siswa terhadap astronomi?
Jawab: Belajar dari pengalaman pelajar di sini (siswi-siswa sekolah menengah) untuk menumbuhkan minat siswa di bidang astronomi, disarankan untuk membuat semacam "astro-club", yaitu kelompok kerja astronomi.
Dimulai dengan proyek-proyek kecil, misalnya pengamatan planet-planet tata surya kita, seperti Venus, Saturnus, Yupiter dan Komet. Karena hal-hal sederhana itulah sangat menarik, bahkan untuk astronom profesional.
Setelah itu, bisa beranjak mendalami bintang-bintang, sistem bintang ganda dan majemuk, sistem planet ekstra surya dan galaksi. Saya yakin dari hal-hal yang sederhana akan tumbuh minat yang besar. Jika minat tersebut terus dibina, kelak akan ada pakar-pakar astrofisika dunia asal Indonesia.
Tanya: Apa saran Pak Johny Setiawan untuk memajukan astronomi di Indonesia?
Jawab: Untuk memajukan astronomi di Indonesia, hal yang paling mendasar adalah adanya minat besar pada astronomi yang disertai minat untuk meneliti (bukan hanya minat yang hanya pasif hanya dengan mendengar tanpa mempelajari secara ilmiah). Minat ini terus terang sangat kurang di Indonesia, karena pemikiran sebagian besar rakyat di Indonesia untuk iptek masih sangat terbatas. Hal inilah yang mungkin membuat Indonesia ketinggalan di bidang iptek. Sangat disayangkan.
Seiring dengan menumbuhkan minat, fasilitas dan peralatan pengamatan astronomi yaitu adanya teleskop dan observatorium adalah mutlak untuk pengembangan ilmu astronomi di Indonesia. Terutama yang berskala internasional agar bisa meningkatkan kerja sama dengan negara maju lainnya. Pada akhirnya, Indonesia akan ketularan maju dan mungkin juga sekaligus meningkatkan taraf hidup. Perlu diingat, telah dibuktikan bahwa kemajuan teknologi suatu bangsa berkaitan langsung dengan peningkatan kemakmuran.
Tanya: Syarat apakah yang harus di miliki lembaga antariksa milik Indonesia untuk bisa menyaingi kebesaran lembaga antariksa milik AS?
Jawab: Syaratnya tentulah adanya fasilitas yang menunjang dan sumber daya manusia Indonesia yang baik di bidang tersebut. Untuk hal ini, sangat disayangkan bahwa Pemerintah Indonesia malas. Bahkan dibandingkan dengan negara-negara berkembang atau bahkan miskin, seperti Chile, Brasilia, China, Iran, bahkan Namibia. Sayang sekali Indonesia kalah dalam iptek.
Indonesia harus berani mengembangkan dan membudayakan teknologi ruang angkasa di negaranya sendiri jika ingin mampu bersaing dengan negara-negara maju, mengingat potensi manusia Indonesia sangat besar dan banyak tersebar di luar negeri.
Di antara sekian banyak pertanyaan, sejumlah orang penasaran dengan latar belakang Johny yang sukses menjadi salah satu astronom terkemuka di dunia. Selama karirnya, Johny memang banyak dikenal sebagai peneliti utama yang menemukan planet-planet ekstrasurya atau ekstrasolar. Penelitiannya sangat penting bagi ilmu pengetahuan untuk mengungkap asal-usul alam semesta hingga menemukan tempat serupa Bumi yang mungkin dibutuhkan untuk masa depan kehidupan manusia.
Tak sedikit yang mempertanyakan bagaimana agar riset astronomi bisa berkembang di Indonesia dan sejajar dengan negara-negara maju di dunia. Berikut rangkuman jawaban Dr Johny Setiawan terhadap pertanyaan pembaca:
Tanya: Sejak kapan jatuh cinta sama astronomi? Lalu mengasah kemampuannya bagaimana? Gabung dengan astronomy club kah atau ikutan olimpiade sains atau semacamnya?
Jawab: Tertarik dengan astronomi sejak berumur 4 tahun. Jatuh cinta dengan astronomi sejak SMA. Saya tidak pernah ikut club astronomi dsb. Saya mengasah kemampuan astronomi saya dengan banyak membaca buku astronomi di tempat saya studi dan tentunya juga bekal pengamatan astronomi di La Silla sejak lebih dari 11 tahun.
Tanya: Saya tertarik dengan astronomi. Apa yang harus saya lakukan agar bisa seperti Pak Johny?
Jawab: Resep untuk sukses di bidang astronomi sama dengan resep sukses di bidang lainnya, yaitu rajin belajar, ulet dalam mencari kesempatan dan tidak mudah menyerah dengan keadaan atau situasi yang terbatas, termasuk pandangan masyarakat umum yang kurang mendukung astronomi karena dianggap tidak ada keuntungan materialnya. Saya harap, akan ada yang bisa menggantikan saya kelak di rubrik ini dan menjadi astronom terkenal di dunia.
Tanya: Saya guru, bagaimana menumbuhkan minat siswa terhadap astronomi?
Jawab: Belajar dari pengalaman pelajar di sini (siswi-siswa sekolah menengah) untuk menumbuhkan minat siswa di bidang astronomi, disarankan untuk membuat semacam "astro-club", yaitu kelompok kerja astronomi.
Dimulai dengan proyek-proyek kecil, misalnya pengamatan planet-planet tata surya kita, seperti Venus, Saturnus, Yupiter dan Komet. Karena hal-hal sederhana itulah sangat menarik, bahkan untuk astronom profesional.
Setelah itu, bisa beranjak mendalami bintang-bintang, sistem bintang ganda dan majemuk, sistem planet ekstra surya dan galaksi. Saya yakin dari hal-hal yang sederhana akan tumbuh minat yang besar. Jika minat tersebut terus dibina, kelak akan ada pakar-pakar astrofisika dunia asal Indonesia.
Tanya: Apa saran Pak Johny Setiawan untuk memajukan astronomi di Indonesia?
Jawab: Untuk memajukan astronomi di Indonesia, hal yang paling mendasar adalah adanya minat besar pada astronomi yang disertai minat untuk meneliti (bukan hanya minat yang hanya pasif hanya dengan mendengar tanpa mempelajari secara ilmiah). Minat ini terus terang sangat kurang di Indonesia, karena pemikiran sebagian besar rakyat di Indonesia untuk iptek masih sangat terbatas. Hal inilah yang mungkin membuat Indonesia ketinggalan di bidang iptek. Sangat disayangkan.
Seiring dengan menumbuhkan minat, fasilitas dan peralatan pengamatan astronomi yaitu adanya teleskop dan observatorium adalah mutlak untuk pengembangan ilmu astronomi di Indonesia. Terutama yang berskala internasional agar bisa meningkatkan kerja sama dengan negara maju lainnya. Pada akhirnya, Indonesia akan ketularan maju dan mungkin juga sekaligus meningkatkan taraf hidup. Perlu diingat, telah dibuktikan bahwa kemajuan teknologi suatu bangsa berkaitan langsung dengan peningkatan kemakmuran.
Tanya: Syarat apakah yang harus di miliki lembaga antariksa milik Indonesia untuk bisa menyaingi kebesaran lembaga antariksa milik AS?
Jawab: Syaratnya tentulah adanya fasilitas yang menunjang dan sumber daya manusia Indonesia yang baik di bidang tersebut. Untuk hal ini, sangat disayangkan bahwa Pemerintah Indonesia malas. Bahkan dibandingkan dengan negara-negara berkembang atau bahkan miskin, seperti Chile, Brasilia, China, Iran, bahkan Namibia. Sayang sekali Indonesia kalah dalam iptek.
Indonesia harus berani mengembangkan dan membudayakan teknologi ruang angkasa di negaranya sendiri jika ingin mampu bersaing dengan negara-negara maju, mengingat potensi manusia Indonesia sangat besar dan banyak tersebar di luar negeri.
Langganan:
Postingan (Atom)