19 Jul 2013

PESAWAT ANTARIKSA MASA DEPAN INGGRIS SKYLON AKAN UJI TERBANG TAHUN 2020


Sebuah proyek bernilai puluhan juta poundsterling dibesut oleh pemerintah Inggris dengan mengandalkan roket Sabre yang dikembangkan Reaction Engines. Dengan roket tersebut, bukan hal yang tidak mungkin di masa depan pesawat udara dengan desain 'konvensional' bisa diterbangkan hingga menembus atmosfer Bumi dan mencapai luar angkasa.

Dilansir Guardian, Kamis (18/7/2013), bayangkan meluncur dari landasan bandara seperti pesawat terbang umum, namun bisa terbang sangat tinggi dan Anda harus mengenakan sabuk pengaman. Tiba-tiba Anda akan melayang dalam kabin kapal oleh karena tak ada lagi gravitasi Bumi.


Ketika membuka kaca, maka Anda bisa menyaksikan luar angkasa yang gelap dan melihat Bumi dari kejauhan. "Anda berada di orbit rendah Bumi dan Anda akan sampai disana (luar angkasa) dalam waktu yang singkat dari yang dibutuhkan untuk penerbangan trans-atlantik," tulis laporan yang diungkap Guardian.

Ini dikatakan sebagai proyek menjanjikan, di mana wisata atau perjalanan lintas luar angkasa akan dapat terwujud. Konon, pesawat akan dapat terbang lima atau bahkan 10 kali lipat lebih tinggi dari pesawat terbang konvensional pada umumnya.

Proyek ini tampaknya akan jadi kenyataan. UK Minister for Universities and Science David Willetts mengonfirmasi investasi sekira 60 juta poundsterling dalam proyek Reaction Engines Ltd. Proyek ini akan melahirkan Spaceplanes, di mana insinyur mengungkap sebuah konsep mesin yang bisa digunakan kembali (reusable), bisa lepas landas dan mendarat dari landasan pacu tradisional.

Jika proyek ini berjalan sesuai dengan rencana, maka tes penerbangan pertama bakal digelar pada 2019. Skylon, nama pesawat terbang mutakhir besutan Reaction Engines ini akan dapat mengunjungi International Space Station (ISS) di 2022. 

Ketika meluncur di setiap kali penerbangan, pesawat akan membawa muatan seberat 15 ton. Total bobot tersebut hampir dua kali lipat muatan kargo yang bisa diangkut oleh kendaraan luar angkasa ATV milik European Space Agency (ESA).
Untuk mencapai orbit, Skylon akan menggunakan roket Sabre untuk meningkatkan kecepatan ke satuan Mach 5. Kemudian, mesin akan menutup 'intake' udara dan mengubah jet menjadi roket serta meningkatkan kecepatan ke Mach 22. Pada kecepatan ini, kira-kira pesawat akan mencapai hingga kecepatan 7,5 kilometer per detik dan menempatkan pesawat pada orbit rendah Bumi.

Sumber: Astronesia

ILMUWAN : MUNGKIN SATELIT ALIEN SUDAH ADA DI TATA SURYA



Matematikawan Duncan Forgan dan Arwen Nicholson mengklaim bahwa alien sebenarnya telah mengirimkan wahana antariksanya dan saat ini telah berada di Tata Surya. Menurut keduanya, manusia saja yang masih terbatas sehingga tak bisa melihatnya.

Kedua matematikawan tersebut mendasarkan pendapatnya pada pandangan pakar antariksa Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Robert Feita, yang pada tahun 1983 menyatakan bahwa alien sengaja mendesain wahananya agar tak tampak oleh penginderaan manusia.

Dalam makalahnya di International Journal of Astrobiology, kedua peneliti tersebut menguraikan bagaimana wahana milik alien bergerak di antariksa serta kecanggihannya dibandingkan dengan wahana yang dibuat manusia saat ini. Kata mereka, wahana Voyager yang kini sampai di tepian Tata Surya belum ada apa-apanya dengan wahana alien.

Dua peneliti tersebut, seperti diberitakan Daily Mail, Kamis (17/7/2013), mengatakan bahwa wahana alien telah dibekali kemampuan untuk "mereplikasi diri" dengan bantuan debu dan gas di antariksa. Dan, wahana alien itu sudah ada di Tata Surya.

Manusia mungkin tak percaya bahwa ada wahana alien sudah dekat. Namun, ketidakpercayaan itu lebih disebabkan karena manusia memang belum pernah atau belum mampu untuk melihatnya. padahal, wahana itu sudah eksis dalam waktu yang lama.

Menurut matematikawan tersebut, wahana milik alien tersebut mampu bergerak dengan kecepatan 10 persen dari kecepatan cahaya untuk mengeksplorasi galaksi Bimasakti dalam 10 juta tahun. Untuk bergerak, wahana itu dibantu oleh energi dari gerak bintang. Energi bintang membantu meningkatkan kecepatan.

Prediksi ilmuwan ini mungkin terdengar seperti fiksi ilmiah. Namun, keduanya melakukan perhitungan matematis dengan komputer untuk memaparkannya. Walaupun demikian, belum diketahui mengapa wahana alien itu belum juga benar-benar menampakkan diri kepada banyak orang di Bumi.

Pendapat bahwa wahana alien sudah ada di Tata Surya bukan baru pertama kali dilontarkan. Tahun 2011, Jacob Haqq-Misra dari Rock Ethics Institute mengatakan bahwa wahana alien memang sudah ada di Tata Surya. Manusia tak mengetahui hal ini karena memang belum berusaha keras menemukannya.

Sumber: Astronesia

24 Des 2011

Kepingan Masa Lalu Tata Surya


     Meskipun Merkurius, Venus, dan Bumi terbentuk dari bahan yang serupa, mengapa ketiga planet terdekat dengan Matahari ini begitu berbeda masih menjadi misteri. Para astronom ingin mempelajari lebih jauh bagaimana planet-planet itu terbentuk dengan cara menyelidiki asteroid, yaitu pecahan batuan yang berlimpahkan bahan-bahan pembentuk planet.
Asteroid Lutetia. Kredit : ESA 2010 MPS for OSIRIS Team   
MPS/UPD/LAM/IAA/RSSD/INTA/UPM/DASP/IDA 
      Sekelompok astronom telah mengamati sebuah asteroid bernama Lutetia yang lebarnya 100 km. Bayangkan besarnya; jika kamu meletakkan asteroid ini di atas permukaan Bumi, satu sisinya akan mencapai ruang angkasa! Sebagaimana sebagian besar asteroid-asteroid lain di Tata Surya, Lutetia terletak di antara planet Mars dan Jupiter, suatu daerah yang disebut Sabuk Asteroid. Namun demikian, astronom baru saja mengetahui bahwa Lutetia tidaklah selalu berada di situ. Mereka menyadari hal ini ketika mereka menemukan bahwa asteroid ini terbuat dari bahan yang sama dengan yang ada pada jenis batuan langka yang jatuh ke Bumi dari ruang angkasa (meteorit). Meteorit jauh lebih kecil dari asteroid, besarnya antara kelereng hingga bola basket. Yang membuat meteorit langka ini istimewa adalah benda-benda ini terbentuk di Tata Surya sebelah dalam. Seandainya Lutetia terbuat dari bahan yang sama dengan meteorit-meteorit ini, Lutetia mestinya juga terbentuk di daerah yang sama dengan tempat Merkurius, Venus, dan Bumi dilahirkan. Lutetia adalah kepingan terbesar yang tersisa dari bahan pembentuk planet-planet dalam! Nah, sekarang astronom ingin mengirim wahana ruang angkasa ke Lutetia untuk mengambil contoh bagian asteroid untuk diteliti di laboratorium. “Asteroid semacam Lutetia merupakan target yang ideal untuk misi-misi masa depan yang akan membawa pulang ke Bumi contoh bagian asteroid. Dengan demikian kita bisa meneliti lebih seksama tentang asal-muasal planet batuan, termasuk Bumi kita ini,” kata astronom Pierre Vernazza. Fakta menarik : Awal November lalu, asteroid lain yang lebarnya sekitar 400 m lewat dekat dengan Bumi, bahkan lebih dekat dari jarak Bulan ke Bumi. Asteroid yang demikian disebut Near-Earth Asteroid atau Asteroid Dekat Bumi. Sumber: Space Scoop Universe Awareness

17 Des 2011

Peneliti NASA Temukan Bukti Alien di Meteor

     Ilmuwan NASA (Badan Antariksa Amerika Serikat), Richard B Hoover, menunjukkan bukti adanya makhluk hidup dalam meteorit. Peneliti dari Pusat Penerbangan Marshall NASA itu mengklaim bahwa ia dan timnya menemukan bukti makhluk hidup berupa fosil bakteri langka, yang hidup di dalam bongkahan batu dari luar angkasa itu. Seperti dilansir CBSNews.com, Minggu 6 Maret 2011, Hoover menuliskan bukti itu dalam jurnal terbaru, Journal of Cosmogoly edisi Maret 2011. Hoover berpendapat bahwa hasil uji pada koleksi sembilan meteorit yang dinamakan CI1 Meteorit Carbonaceous, itu menunjukkan bahwa ada bakteri yang berasal dari daerah asal meteor. "Filamen kompleks yang ditemukan di dalam meteorit CI1 Carbonaceous menunjukkan ada mikrofosil bakteri 'pribumi' dari cyanobacteria," kata Hoover dalam tulisannya. Cyanobacteria merupakan bakteri biru-hijau yang masuk golongan bakteri autotrof fotosintetik. 
        Dia dapat menghasilkan makanan sendiri dengan bantuan sinar matahari secara kimia. Menurut Hoover, materi yang ditemukan yang dideteksi sebagai cyanobacteria itu kemungkinan besar menunjukkan adanya kehidupan mahkluk hidup di luar bumi. Dan Hoover tidak menampik bahwa itu adalah kesimpulan akhir dari penelitiannya. Sontak saja kesimpulan ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan ilmuwan. Tetapi, kesimpulan Hoover ini memperkuat bukti adanya kehidupan di luar bumi. Setelah sebelumnya sejumlah ahli menegaskan bahwa ada unsur air dalam meteorit. Sementara, News.com.au menulis, penelitian yang dilakukan Hoover ini hanya melalui proses yang sangat sederhana. Batu meteor itu disimpan dalam tempat yang steril sebelum diuji. Pengujian dilakukan dengan alat-alat standar peneliti: mikroskop elektron dan emisi elektron mikroskop. Hasilnya, Hoover menemukan mikroogranisme yang jenisnya tidak jauh berbeda dengan salah satu jenis bakteri biasa yang ada di bumi. "Hal yang menarik adalah, fosil-fosil itu bentuknya mudah dikenali dan jenisnya sangat dekat dengan yang ada di bumi," kata Hoover.

NASA Akan Kirim Pesawat ke Jupiter


            Banyak hal misterius yang menyelimuti Europa, salah satu bulan milik planet Jupiter. Namun peneliti NASA tampaknya yakin ada samudera air tersembunyi di balik permukaan bulan yang dilapisi es tersebut.
Teori akan adanya samudera air di bawah permukaan Europa tampaknya akan benar-benar dibuktikan pada akhir dekade ini. Sejumlah astronom dari Jet Propulsion Laboratory (JPL) merancang sebuah misi yang akan menghadirkan pesawat pendarat di Europa pada tahun 2026 mendatang. Pesawat itu akan membawa robot untuk didaratkan di permukaan Europa. Dikutip dari Engadget, 16 Desember 2011, tujuan misi tersebut untuk mengetahui apakah bebatuan di sana mendukung adanya kehidupan. Tentu saja misi itu tidak akan mudah. Pasalnya, Jupiter menyelimuti bulannya dengan radiasi yang sangat pekat. 
        Meski begitu, peneliti memperkirakan, mereka bisa mengatasi masalah itu dengan mengirimkan pesawat pendarat ekstra sebagai cadangan dan membuat misi itu berlangsung sesingkat mungkin. Dalam rencana NASA, robot berbobot 317 kilogram akan didaratkan, dilengkapi spektrometer massa, seismometer, dan sejumlah kemera untuk mencari zat kimia organik yang mungkin berada di dalam es bulan tersebut. Pesawat-pesawat itu sendiri tidak akan menggunakan lapisan pelindung. Untuk itu, mereka hanya akan berada di sekitar Planet Jupiter selama sekitar 7 hari. Ini juga untuk menghindari kerusakan akibat radiasi. Saat ini, misi tersebut masih dalam tahap konsep. Namun, JPL berharap akan mampu mengirimkan robot pendarat itu pada tahun 2020 mendatang. Menurut Kevin Hand, salah satu peneliti JPL, misi ini hanyalah untuk mengetahui apakah bulan itu bisa dihuni manusia atau tidak. NASA tidak berharap bisa menemukan adanya tanda-tanda kehidupan sebelumnya di Europa